kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukan demonetisasi, kini India cemaskan inflasi


Kamis, 09 Februari 2017 / 13:48 WIB
Bukan demonetisasi, kini India cemaskan inflasi


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW DELHI. Para ekonom beberapa waktu terakhir ramai-ramai membahas mengenai bagaimana demonetisasi akan memukul pertumbuhan ekonomi India. Namun, bank sentral India memiliki kecemasan lain. Saat ini mereka lebih fokus pada satu kata, inflasi.

The Reserve Bank of India pada Rabu (8/2) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan rutinannya. Kebijakan tersebut mengejutkan market, yang sebelumnya memprediksi pemangkasan suku bunga acuan.

Ekspektasi itu didasarkan pada penetapan pemangkasan dana tunai oleh pemerintah yang pada akhirnya menghambat roda perekonomian India.

Sekadar informasi, program demonetisasi India yang dimulai pada November lalu, mengganti sekitar 86% mata uang India dari sirkulasi dengan menarik uang kertas 500 rupe (US$ 7,47) dan 1.000 rupe (14,93). Kedua uang itu kemudian diganti secara bertahap dengan uang kertas baru senilai 500 rupe dan 2.000 rupe.

Karena mayoritas aktivitas ekonomi India menggunakan dana tunai, kebijakan itu tentu saja mempengaruhi bisnis di negara tersebut.

Namun, Gubernur RBI Urjit Patel menilai dampak dari demonetisasi itu hanya efek transisi saja. Patel malah mencemaskan mengenai "fire sale" pada harga pangan sehingga menimbulkan dampak yang mencemaskan pada inflasi.

Goldman Sachs mengatakan, meski kebijakan RBI cukup mengejutkan market, namun sesuai dengan prediksi mereka.

"RBI relatif lebih hawkish pada pertemuan ini dan target mereka dalam mencapai tingkat inflasi 4% dalam jangka menengah mendukung pandangan kami bahwa belum akan ada penurunan suku bunga beberapa waktu ke depan," jelas Goldman.

Faraz Syed, associate economist Moody's Analytics merujuk pada sejumlah alasan di balik keputusan mengejutkan RBI dalam menahan suku bunga acuannya.

"Salah satu alasan utama RBI menahan suku bunga adalah inflasi inti yang lebih tinggi dibanding inflasi keseluruhan. Alasan lainnya adalah perkembangan ekonomi global, khususnya terkait suku bunga AS yang diramal naik pada tahun ini. RBI kemungkinan memiliki kenangan pada 2013 di India, yang mana pada waktu itu arus modal asing yang keluar dari emerging market cukup besar," papar Syed.

Pada 2013, arus modal yang hengkang dari emerging market cukup besar setelah The Federal Reserve meluncurkan ide pertama kali untuk memulai pemangkasan nilai pembelian aset di bawah program quantitative easing. Hal itu menyebabkan guncangan di pasar global.

Syed juga menyebut alasan lain yakni demonetisasi berdampak dingin bagi ekonomi India.

"Karena demonetisasi, tingkat suku bunga pinjaman menurun. Di sisi lain, deposito bank kian meningkat. Jika suku bunga pinjaman diartikan sebagai investasi yang lebih tinggi, maka dapat dipastikan risiko demonetisasi semakin rendah," jelas Syed.

Sekadar informasi tambahan, demonetisasi di India dilakukan untuk menghentikan pemalsuan uang kertas dan menghentikan peredaran uang gelap di India.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×