kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cerai dengan Eropa, bank Inggris harus bayar mahal


Rabu, 02 Agustus 2017 / 13:09 WIB
Cerai dengan Eropa, bank Inggris harus bayar mahal


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

LONDON. Perbankan Inggris harus membayar mahal jika terjadi perceraian yang gaduh dengan Uni Eropa.

Berdasarkan laporan yang dirilis perusahaan konsultan Oliver Wyman, perbankan Inggris harus menaikkan modal kerja mereka sebesar US$ 50 miliar untuk mendukung operasi mereka yang baru di Eropa. Ini terjadi jika perceraian antara Inggris dan Uni Eropa tidak berjalan mulus.

Selain itu, akan ada masalah lain yang muncul. Yakni menyangkut ketersediaan lapangan kerja. Oliver Wyman mengestimasi, sekitar 35.000 hingga 40.000 lapangan kerja di sektor finansial akan terhapus dalam jangka panjang jika predikat London sebagai pusat bisnis utama dicabut akibat Brexit.

Laporan ini dapat dikatakan sebagai pengingat awal bahwa waktu bagi perbankan Inggris sudah hampir habis.

Oliver Wyman mengatakan sistem perbankan sudah mempersiapkan diri dalam setahun terakhir untuk menghadapi Brexit sehingga biaya yang harus mereka keluarkan bisa ditekan sekecil mungkin. Salah satu contohnya adalah dengan mengajukan izin kantor cabang di negara Uni Eropa lainnya.

"Dalam enam hingga 12 bulan ke depan, strategi yang harus dilakukan akan lebih mahal dan memakan biaya besar. Misalnya saja dengan menyuntikkan modal baru ke anak usaha yang ada di Uni Eropa, memindahkan karyawan, menunjuk senior manajemen, dan membangun infrastruktur," demikian seperti yang ditulis dalam laporan.

Pelaku bisnis sudah mendesak agar Perdana Menteri Inggris Theresa May segera menjabarkan rencana detil hengkangnya Inggris dari Uni Eropa, yang sudah dimulai pada Juni lalu. Banyak perusahaan yang memutuskan untuk menunda rencana investasi mereka hingga ada kejelasan mengenai hal ini.

Di sisi lain, anggota kabinet May memberikan pernyataan yang kontradiktif antara satu dengan lainnya terkait kebijakan Brexit dalam beberapa hari terakhir. Hal ini tentu menimbulkan kebingungan pada warga Inggris.

Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond pada Jumat (27/7) lalu mengatakan, mingran Uni Eropa tidak akan dipaksa ke perbatasan setelah Maret 2019, selama mereka melakukan registrasi kapan masuk dan keluar dari Inggris.

Namun, Menteri Perdagangan Liam Fox mengeluarkan pernyataan yang kontradiksi. Dia bilang, pergerakan bebas akan berakhiri saat Inggris hengkang dari Uni Eropa pada Maret 2019.

Oliver Wyman mencatat, ketidakpastian sudah dirasakan di industri finansial. Sejumlah bank sudah mengumumkan bahwa mereka akan memindahkan kantor mereka dari London karena Brexit.

HSBC, misalnya, akan mendirikan kantor pusat baru di Eropa yang berada di Paris di mana mereka akan memindahkan sekitar 1.000 lapangan kerja. Pada Senin (31/8) lalu, HSBC mengatakan bahwa biaya legal dan relokasi terkait Brexit mencapai US$ 200 juta hingga US$ 300 juta.

Kemudian UBS, Deutsche Bank, Goldman Sachs, dan JPMorgan juga mengatakan bahwa mereka akan merelokasi ratusan lapangan kerja dari Inggris.

Dampaknya, ada indikasi ekonomi Inggris melambat.

Inggris membukukan perlambatan pertumbuhan paling rendah dari ekonomi negara Eropa lainnya pada tiga bulan pertama tahun ini. Sedangkan Produk Domestik Bruto Inggris di kuartal II hanya separuh dari PDB zona Eropa yakni 0,6%.

`   




TERBARU

[X]
×