kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duterte jalankan modernisasi militer fase kedua Filipina senilai US$ 5,6 miliar


Jumat, 22 Juni 2018 / 10:22 WIB
Duterte jalankan modernisasi militer fase kedua Filipina senilai US$ 5,6 miliar
ILUSTRASI. Presiden Filipina Rodrigo Duterte


Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - MANILA. Pemerintah Filipina telah mengkonfirmasi bahwa tahap kedua dari rencana modernisasi militernya telah disetujui oleh Presiden Rodrigo Duterte. Disetujui rencana modernisasi fase dua ini memungkinkan Filipina untuk mengganti beberapa peralatan yang sudah tua dan usang.

Mengutip DefenseNews, Kamis (21/6), rencana modernisasi fase kedua ini diungkapkan oleh juru bicara Departemen Pertahanan Nasional Filipina, Arsenio Andolong pada hari Rabu (20/6).

Rencana ini akan memungkinkan negara itu untuk melaksanakan rekapitalisasi sebagian peralatannya yang sangat dibutuhkan. Saat ini banyak peralatan militer Filipina dinilai sudah usang, bahkan ada beberapa dari Perang Dunia II.

Andolong juga menegaskan bahwa anggaran untuk program modernisasi peralatan militer fase kedua selama lima tahun, yang akan berlangsung dari 2018-2022, telah ditetapkan pada sekitar 300 miliar peso Filipina atau setara dengan US$ 5,6 miliar. Program modernisasi ini dinamakan program Horizon-2

Jumlah ini akan dibagi menjadi US$ 890 juta untuk Angkatan Darat (AS), US$ 1,44 miliar untuk Angkatan Laut (AL) dan US$ 2,61 miliar untuk Angkatan Udara (AU), dengan sisa anggaran akan dialokasikan ke Markas Besar militer dan gudang senjata pemerintah.

Daftar peralatan yang akan diganti lewat program Horizo-2 ini antara lain pesawat tempur, pesawat pengangkut, pesawat patroli maritim dan helikopter heavy lift untuk AU, sementara AD akan mengganti sejumlah artileri, tank ringan dan peluncur roket ganda.

Anggaran untuk AU ini termasuk jumlah yang disisihkan untuk helikopter tempur. Sebuah kontrak ditandatangani pada bulan Februari dengan pemerintah Kanada untuk helikopter Bell-412 dibatalkan setelah politisi Kanada menyuarakan keprihatinan tentang catatan hak asasi manusia yang dilakukan administrasi Duterte.

Filipina dilaporkan kini sedang mencari opsi untuk memperoleh helikopter melalui penjualan komersial, sementara opsi alternatif untuk membeli helikopter Korea Selatan Industries Indirires Surion juga telah diungkapkan.

Sementara bagi AL, yang menjadi prioritas adalah akuisisi dua korvet dan sejumlah kapal patroli lepas pantai multirole. Barang-barang lainnya di daftar keinginan AL termasuk lebih banyak helikopter anti-kapal selam dan kendaraan serbu amfibi, yang terakhir untuk Korps Marinir negara tersebut.

Andolong juga menegaskan bahwa AL sebenarnya juga ingin memperoleh sejumlah kapal selam di bawah Horizon-2. Namun, pengadaan kapal selam menurutnya sulit di bawah anggaran yang jumlahnya terbatas dan karena negara itu tidak memiliki pengalaman mengoperasikan dan mempertahankan kapabilitas kapal selam.

Filipina, yang merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 7.600 pulau, menghadapi banyak tantangan keamanan mulai dari sengketa dengan China dan negara-negara Asia Tenggara lainnya atas kepemilikan pulau di Laut China Selatan, hingga pemberontakan yang sedang berlangsung dengan gerilya komunis dan separatis.




TERBARU

[X]
×