Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menunjuk Gina Haspel sebagai pengganti Mike Pompeo yang didaulat menggantikan Rex Tillerson sebagai menteri luar negeri. Haspel akan menjadi wanita pertama yang memimpin lembaga mata-mata AS, Central Intellegence Agency (CIA).
Mike Pompeo, Director of the CIA, will become our new Secretary of State. He will do a fantastic job! Thank you to Rex Tillerson for his service! Gina Haspel will become the new Director of the CIA, and the first woman so chosen. Congratulations to all! — Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 13 Maret 2018
Mengutip Bloomberg, Selasa (13/3), Haspel merupakan mata-mata karir yang mempunyai reputasi yang bisa dikata mentereng. Sejak bergabung dengan CIA tahun 1985, wanita kelahiran 1956 ini selalu bertugas di lapangan dan menempati pos-pos CIA yang berbahaya di luar negeri.
Ia juga menempati berbagai posisi strategis setelah kembali ke AS, di antaranya wakil direktur National Clandestine Service dan wakil direktur National Clandestine Service for Foreign Intelligence and Covert Action.
Sebelum akhirnya menjabat sebagai wakil direktur CIA. Ketika diangkat sebagai wakil direktur CIA, karirnya dipuji oleh pejabat intelijen veteran, termasuk mantan Direktur Intelijen Nasional James Clapper.
Namun, banyak pihak yang tidak menyukai Haspel, di antaranya American Civil Liberties Union dan pejuang hak asasi manusia (HAM). Pasalnya, sebelum diangkat sebagai wakil direktur National Clandestine Service for Foreign Intelligence and Covert Action, Haspel merupakan kepala penjara rahasia milik CIA.
Sebagai kepala pos serta kepala penjara rahasia, Haspel merupakan aktor yang secara efektif mengaplikasikan teknik-teknik interogasi yang melibatkan penyiksaan, seperti waterboarding.
Beberapa tokoh yang pernah merasakan teknik yang diterapkan oleh Haspel adalah, Abu Zubaydah dan Abd al-Rahim al-Nashiri, dua teroris yang saat ini masih mendekam di penjara Guantanamo.
Teknik interogasi yang disertai penyiksaan menjadi momok yang menakutkan selama pemerintahan presiden George H. Bush. Dus, banyak aktivis kemanusiaan khawatir apabila penunjukan Haspel akan membawa AS kembali ke cara-cara penyiksaan serta teror.