Sumber: BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEOUL. Korea Selatan (Korsel) menggelar pemilu presiden yang dipercepat setelah terkuaknya skandal korupsi terbesar yang menyeret mantan pemimpin mereka.
Berdasarkan hasil jajak pendapat sebelum pemilu berlangsung, kandidat dari partai liberal Moon Jae-in berada di posisi teratas dan diikuti oleh pesaingnya Cheol-soo dari poros tengah.
Pemilu kali ini benar-benar menjadi perhatian dunia karena terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara.
Berbeda dengan mantan pemimpin Korsel Park Geun-hye, Moon ingin meningkatkan kontak dengan Utara.
Para pengamat politik memprediksi, jumlah partisipan dalam pemilu kali ini akan semakin melonjak, seiring banyaknya pemilih muda. Apalagi, jumlah kandidat presiden pada pemilu kali ini cukup banyak yang mencapai 13 orang.
Tempat pemungutan suara ditutup pada pukul 20.00 waktu setempat, di mana pemenang akan diumumkan tak lama setelah itu.
Seluruh kandidat berjanji untuk melindungi kondisi ekonomi Korsel yang saat ini cukup rentan dan menurunkan angka pengangguran yang sangat tinggi.
Ada pula janji untuk menghilangkan persespsi bahwa masyarakat politik Korsel dikuasai oleh kelompok elit dan reformasi perekonomian domestik yang saat ini banyak dikuasai konglomerat.
Semakin tingginya ketegangan di semenanjung Korea dalam beberapa pekan terakhir juga menjadi perhatian utama kampanye pemilu.
Moon, yang merupakan perwakilan dari Partai Demokrat Korea, berjanji akan mengadvokasi dialog yang lebih besar dengan Korut. Di saat yang bersamaan, dia juga akan terus menekan dan siap memberikan sanksi.
Moon sebelumnya juga kerap mengkritisi pemerintahan konservatif sebelumnya yang dinilai gagal untuk menghentikan pengembangan senjata nuklir Korut.
Sementara, kandidat konservatif Hong Joon-pyo dari Partau Kebebasan Korea menyerang pendekatan Moon. Dia bilang, pemilu merupakan "perang atas pilihan rezim".
