kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ingin sanksi dicabut, ZTE harus membayar denda US$ 1,3 miliar


Senin, 28 Mei 2018 / 07:05 WIB
Ingin sanksi dicabut, ZTE harus membayar denda US$ 1,3 miliar
ILUSTRASI. ZTE Logo


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - WASHINTON. Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China mulai melunak. Ini setelah Presiden AS Donald Trump memberikan kesempatan bagi raksasa telekomunikasi China yakni ZTE Corporation kembali berbisnis di Negeri Paman Sam. 

Seperti dikutip Bloomberg (26/5), Trump memiliki sejumlah syarat jika pembuat peralatan telekomunikasi asal Tiongkok tersebut ingin tetap beroperasi di AS. Syarat yang paling utama adalah ZTE harus membayar denda sebesar US$ 1,3 miliar.

Gedung Putih juga meminta agar ZTE mengubah jajaran manajemen dan dewan direksi. AS juga meminta ZTE memberikan jaminan keamanan tingkat tinggi bagi penggunaan teknologi asal AS. Di era Barack Obama, ZTE dibiarkan berkembang tanpa pemeriksaan keamanan atas penggunaan teknologi dari AS.

Tak sampai disitu, berdasarkan kesepakatan, ZTE diwajibkan mempekerjakan petugas kepatuhan asal AS untuk memantau operasional. Setelah ZTE mematuhi syarat tersebut, maka Departemen Perdagangan AS akan mencabut sanksi bagi ZTE.

Perwakilan untuk ZTE menolak menanggapi pernyataan Trump tersebut. Begitu pula dengan Kementerian Perdagangan Tiongkok tidak merespons permintaan konfirmasi.

Pada awal pekan lalu, Trump memerintahkan peninjauan kembali hukuman terhadap ZTE sebagai bagian negosiasi perdagangan dengan Negeri Tembok Besar. Sebab, ZTE memperkirakan kerugian sebesar US$ 3,1 miliar dari kebijakan AS yang melarang perusahaan asal AS memasok komponen ke ZTE selama tujuh tahun.

Sanksi tersebut dijatuhkan lantaran ZTE diketahui melanggar perjanjian dengan Pemerintah AS soal larangan menjual barang teknologi ke negara yang terkena embargo dari AS. Nyatanya, ZTE menyuplai peralatan telekomunikasi ke Iran dan Korea Utara, dua negara yang menjadi musuh AS.

Sselama ini, ZTE memang mengandalkan suplai komponen dari perusahaan asal AS. Sekitar 25%–30% kebutuhan komponen ZTE berasal dari negara adikuasa ini.

China telah mencari cara untuk mempercepat pengembangan pasar semikonduktor. Tujuannya, mengurangi ketergantungan pada impor dan mengundang investor asing berinvestasi di industri cip yang didukung pemerintah.




TERBARU

[X]
×