kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ledakan restoran cepat saji di Myanmar berpotensi dorong permintaan CPO Asia Tenggara


Jumat, 22 Juni 2018 / 10:51 WIB
Ledakan restoran cepat saji di Myanmar berpotensi dorong permintaan CPO Asia Tenggara
ILUSTRASI. Panen tandan buah segar kelapa sawit


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - NAYPYIDAW. Produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di kawasan Asia Tenggara tampaknya akan lebih bergairah. Ledakan restoran makanan cepat saji di Myanmar berpotensi meningkatkan permintaan terhadap CPO dari negara tersebut.

Sekretaris Kementerian Perdagangan Myanmar U Toe Aung Myint, menyatakan, sebelum tahun 2011, Myanmar memang membatasi pembelian CPO hanya sekitar 200.000 hingga 300.000 ton setiap tahun. Namun, menurut data Departemen Pertanian AS yang dilansir Bloomberg, impor minyak sawit Myanmar naik 60% dalam enam tahun terakhir menjadi 750.000 metrik ton.

Potensi dari meningkatnya perekonomian berbasis pasar di Myanmar menarik perusahaan asing, terutama di bidang makanan cepat saji seperti KFC, Pizza Hut, dan Burger King. Lantas, perusahaan-perusahaan tersebut gencar berekspansi dan membuka restoran baru di Myanmar.

Hingga saat ini, KFC memiliki 23 gerai restoran di Myanmar. Rencananya, perusahaan fastfood tersebut akan menambah gerai menjadi 32 restoran hingga Maret 2019.

Maraknya pembukaan restoran makanan cepat saji baru di Myanmar ini pun berbanding lurus dengan permintaan CPO negara tersebut. Hal ini lantaran Myanmar merupakan negara yang lebih mengandalkan minyak sayur karena efektivitas biayanya, menurut akaria Arshad, CEO Felda Global Ventures Holdings Bhd (FGV). FGV Holdings merupakan salah satu produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia, serta menjual minyak goreng berbasis kelapa dengan merek Saji di Yangon dan Mandalay.

Selama ini, Myanmar memasok CPO paling banyak dari Malaysia dan Indonesia. Selain itu, Myanmar juga mengimpor minyak kedelai dan bunga matahari. Myanmar bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan domestiknya dan lebih dari setengah dari konsumsi minyak nabatinya adalah minyak sawit.

Hingga akhir tahun lalu, impor minyak nabati Myanmar mencapai rekor sebesar 820.000 ton. Angka impor tersebut diperkirakan akan turun sepanjang tahun ini, namun berpotensi rebound sekitar 4% memasuki tahun 2019 mendatang.




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×