kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Miliarder wanita pertama dari outsourcing (1)


Selasa, 16 Mei 2017 / 13:19 WIB
Miliarder wanita pertama dari outsourcing (1)


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tri Adi

Menjalani hidup sejak kecil hingga remaja dengan penuh liku dan ekonomi pas-pasan justru menempa Yoshiko Shinohara. Wanita kelahiran 1934 ini berhasil menjadi orang terkaya di Jepang dengan nilai kekayaan US$ 1,17 miliar. Hartanya tersebut berasal dari bisnis penyedia (outsourcing) pegawai dan sekretaris. Keberhasilan Yoshiko yang diraih saat ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dia memulai bisnis dari sebuah kamar apartemen.

Memasuki tahun 2017, wanita asal Jepang Yoshiko Shinohara berhasil menduduki posisi sebagai orang terkaya di Jepang versi Forbes. Per 14 April 2017, kekayaan Yoshiko telah mencapai US$ 1,17 miliar. Kekayaannya tersebut tumbuh signifikan dibanding pencapaiannya pada bulan sebelumnya sebesar US$ 1,1 miliar.

Yoshiko didaulat oleh Forbes pada 20 Januari 2017 sebagai orang pertama yang sukses dengan usaha sendiri di tahun 2017 atau self made billionaire. Dalam artikel Forbes, karier wanita berusia 82 tahun ini dimulai sekitar 40 tahun lalu.

Yoshiko yang bermodalkan ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki pengalaman bekerja bidang kesekretariatan di dua benua berbeda. Berbekal pengalaman tersebut, Yoshiko mendirikan perusahaan yang membawanya ke posisi saat ini, yakni Temp Staffing Company. Perusahaan tersebut adalah cikal bakal Temp Holdings, sebuah perusahaan penyedia jasa kesekretariatan dan kepegawaian terkemuka asal Jepang.

Yoshiko memulai bisnis dari kamar apartemen miliknya yang terletak di Tokyo. Perjalanan kariernya pun dilalui penuh aral melintang. Meski begitu, wanita kelahiran tahun 1934 itu teguh menjalani bisnis tersebut. Sebab, Yoshiko lahir pada masa Perang Dunia II. Belum lagi, dia sejak berusia delapan tahun telah ditinggal oleh sang ayah.

Sang ayah yang menjadi seorang kepala sekolah ini meninggal dunia dan membuat sang ibu harus bekerja keras menghidupi keluarganya. Alhasil, Yoshiko tumbuh besar bersama sang ibu.  

Perjalanan hidup itulah membuat Yoshiko memiliki jiwa pekerja keras. Dia juga cenderung memiliki sikap penasaran dan keinginan belajar sangat tinggi. Apalagi dia melalui hidup dalam kondisi ekonomi keluarga krisis. Ibu Yoshiko memutuskan untuk tidak menikah lagi dan tetap membiayai Yoshiko seorang diri.




TERBARU

[X]
×