kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pesaing Flipkart mulai menempel ketat (4)


Jumat, 29 April 2016 / 15:15 WIB
Pesaing Flipkart mulai menempel ketat (4)


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Tri Adi

Makin tinggi pohon, terpaan angin pun semakin kencang. Peribahasa itu pas menggambarkan bisnis e-commerce yang dijalankan Binny Bansal lewat bendera Flipkart. Tak hanya harus menghadapi ancaman dari pesaing bisnis yang semakin kuat, Flipkart juga harus berkutat pada persoalan internal. Sejumlah manajer yang direkrut Binny dari kawasan Silicon Valley, Amerika Serikat, belakangan memilih hengkang lantaran gesekan di tubuh internal Flipkart.

Dalam tempo sembilan tahun, bisnis e-commerce Binny Bansal sudah merajai pasar India. Kendaraan bisnis Binny yakni Flipkart menguasai hingga lebih dari 45% pasar bisnis e-commerce Negeri Taj Mahal.

Toh begitu, pencapaian yang terbilang cepat ini tak membuat Binny puas. Malah ia tak bisa tenang, lantaran pesaing Flipkart semakin tangguh dan mulai mencuri pasar bisnis ini.

Ada dua kompetitor utama Fliyang di bisnis e-commerce India yakni Snapdeal, perusahaan lokal India yang menguasai 30% pangsa pasar, serta dari raksasa e-commerce dunia, Amazon, yang mencuil 15% pangsa pasar.

Ancaman bagi Flipkart semakin nyata, karena Alibaba, perusahaan e-commerce terbesar China, mulai melakukan ekspansi ke pasar India.  Ini yang membuat miliarder India dengan kekayaan US$ 1,3 miliar tersebut ketar-ketir.

Alibaba memang belum secara langsung dengan mendirikan e-commerce online di India. Cuma,  Alibaba sudah masuk menjadi pemegang saham Snapdeal. Tak hanya itu, perusahaan milik miliarder Jack Ma itu juga menggenggam  40% saham di perusahaan pembiayaan online, PayTM.

Alibaba juga dikabarkan ingin masuk sebagai pemegang saham Flipkart, namun ini masih dalam pembahasan internal manajemen Flipkart.

Pertarungan bisnis e-commerce India bisa dibilang cukup sengit. Maklum, berdasarkan riset eMarketer yang dikutip forbes.com menyebut, penjualan via e-commerce di India diperkirakan akan tumbuh menjadi US$ 55 miliar pada 2018 mendatang.

Proyeksi ini tumbuh hingga 285% jika dibandingkan dengan angka penjualan pada 2015 yang sebesar US$ 14 miliar. Pada 2015, tingkat pertumbuhan penjualan e-commerce di India tercatat meningkat 129,5%, atau tercepat di kawasan Asia Pasifik.

Persaingan bakal semakin sengit karena penjualan via online baru berkontribusi sebesar 0,8% dari total penjualan ritel di India. Hal ini membuat para kompetitor semakin agresif merebut pasar yang sekarang didominasi oleh Flipkart.

Mengutip livemint.com, langkah Flipkart bersaing di pasar e-commerce ini kian berat. Sebab, data menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan Flipkart sudah agak melambat di India ketimbang pesaingnya, terutama  Amazon.

Sebagai gambaran, Amazon sudah menancapkan bisnis di India tiga tahun sebelum Flipkart berdiri. Flipkart juga harus bersaing dengan fitur dan tampilan tatap muka yang lebih user friendly yang ditawarkan Amazon.

Ditambah lagi, beberapa persoalan yang melanda tubuh Flipkart. Misal,  kurang solidnya manajemen. Seperti dikutip businessinsider.com, ada beberapa manajer yang direkrut Binny dari Silicon Valley, sudah hengkang. Terbaru, manajer bagian produk Flipkart, Punit Soni yang merupakan jebolan Google, memilih cabut. Analis menduga, keluarnya Punit akibat iklim persaingan di internal Flipkart yang semakin ketat.

Selain masalah tersebut, Binny juga harus memberesi masalah sistem dan inefisiensi. Ketidaksiapan sistem ini terungkap saat Flipkaart menggelar bazar diskon pada Oktober 2015. Sistem yang kacau membuat banyak penjual dan pembeli tidak mendapatkan layanan secara normal.

Aksi akuisisi yang gencar dilakukan Flipkart juga menimbulkan persoalan. Rentetan akuisisi rupanya membuat bisnis Flipkart justru semakin tidak lincah. Banyak analis yang memperkirakan, jika hal ini tidak segera diberesi oleh Binny, langkah Flipkaart untuk bersaing di bisnis e-commerce akan semakin berat. Padahal, hingga kini, Flipkart belum balik  modal.               

(Selesai)




TERBARU

[X]
×