kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek ekonomi global kian suram


Jumat, 22 Oktober 2010 / 06:55 WIB
Prospek ekonomi global kian suram
ILUSTRASI. Peluncuran Grab Financial


Reporter: Hari Widowati | Editor: Test Test

WASHINGTON. Prospek perekonomian global hingga akhir tahun ini semakin muram. Indikasinya terlihat pada semakin melambatnya perekonomian tiga kekuatan utama ekonomi dunia, yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, dan China .

Kamis (21/10), Biro Statistik nasional China mengumumkan, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal III-2010 melambat ke level 9,6% (year on year/ yoy). Padahal, di awal tahun ini pertumbuhan ekonomi China sempat mencapai 11,9% yoy.

Sejatinya, perlambatan ekonomi ini merupakan sesuatu yang disengaja. Kebijakan bank sentral China meningkatkan giro wajib minimum (GWM) bagi kalangan perbankan dan kebijakan pemerintah yang memperketat pembelian properti mulai terlihat hasilnya. Awal tahun ini, dunia sempat khawatir pertumbuhan ekonomi China melaju terlalu cepat, sehingga ekonominya kepanasan.

"Ekonomi China saat ini tumbuh cukup tinggi dan ekspornya cukup bagus," kata Mark Williams, Ekonom Senior China di Capital Economics, Kamis (21/10). Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyebutkan bahwa China, bersama negara-negara di Asia, seperti India dan Indonesia masih menjadi motor pertumbuhan dunia.

Meski melambat, pertumbuhan ekonomi China jauh lebih baik ketimbang ekonomi AS. Menurut Federal Reserve, pada bulan September hingga awal Oktober lalu, perekonomian AS memang masih tumbuh, namun belum ada tanda-tanda pengangguran akan turun.

Bank sentral AS di delapan wilayah, termasuk San Fransisco dan Chicago, melaporkan pertumbuhan yang positif. Namun, Fed Wilayah Atlanta melaporkan, pertumbuhan ekonomi melambat karena terus merosotnya penjualan ritel.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa upaya The Fed menggelontorkan likuiditas ke pasar keuangan belum mampu memacu perekonomian dan mengurangi angka pengangguran.

Stimulus fiskal

Pemenang Nobel Ekonomi Joseph Stiglitz mengatakan, perekonomian AS membutuhkan lebih banyak stimulus fiskal daripada tambahan stimulus moneter. Ia menilai, fokus The Fed yang mempertahankan rezim suku bunga rendah dan tambahan likuiditas ke sistem keuangan AS tidak banyak berarti. "Yang kita butuhkan saat ini adalah stimulus fiskal putaran kedua," tandas Stiglitz.

Menurutnya, stimulus fiskal bisa langsung diberikan kepada pemerintah negara bagian untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru. Tahun lalu, pemerintah AS mengguyurkan dana US$ 814 miliar untuk program stimulus fiskal.

Salah satu kekuatan ekonomi dunia yang saat ini tengah berjuang memulihkan perekonomiannya adalah Jepang. Negara dengan perekonomian terbesar nomor tiga di dunia ini berusaha menahan penguatan nilai tukar yen terhadap dollar AS yang membuat ekspornya melorot. IMF mengatakan, Jepang harus siap melanjutkan berbagai kebijakan moneternya.

Sekadar informasi, pada 5 Oktober lalu, Bank of Japan (BoJ) secara tak terduga memangkas suku bunga acuannya mendekati nol. Ini pemangkasan suku bunga acuan yang pertama kali terjadi sejak tahun 2008.

IMF memprediksi, perekonomian Jepang tahun 2010 akan tumbuh 2,75%. Kemudian, melambat ke level 1,50% pada tahun 2011. Angka prediksi pertumbuhan terbaru ini lebih tinggi ketimbang proyeksi Juli lalu. Saat itu, IMF memperkirakan ekonomi Jepang hanya tumbuh 1,7% di 2010.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×