kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Angka dari Chevron kerap berubah, ESDM merasa dipermainkan di proyek laut dalam


Kamis, 28 Juni 2018 / 22:55 WIB
Angka dari Chevron kerap berubah, ESDM merasa dipermainkan di proyek laut dalam
ILUSTRASI. CHEVRON


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) seperti dipermainkan oleh perusahaan migas asal Amerika yakni Chveron.

Pasalnya, dalam waktu 1 x 24 jam, Chevron tiga kali mengajukan angka yang berbeda-beda untuk biaya pengembangan proyek migas laut dalam atau Indonesia Deepwater Development (IDD).

Padahal seharusnya, Chevron diminta melaporkan resmi pemangkasan biaya pengembangan proyek IDD itu pada Kamis (28/6) ini. Namun, detik-detik terakhir angka itu berubah.

Sebelumnya, pada Rabu malam (26/6) Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan bahwa Chevron akan mengirimkan pemangkasan biaya proyek bisa sampai US$ 6 miliar dari yang sebelumnya mencapai US$ 12,8 miliar.

“Chevron berikan angka yang berubah-ubah dalam hitungan 24 jam sampai tiga kali perubahan,” terang Arcandra saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (28/6). 

Namun sayangnya, Arcandra enggan membeberkan angka perubahan itu.

Asal tahu saja, PoD IDD tahap kedua ini sebenarnya sudah sempat disetujui pemerintah pada 2008. Namun seiring perjalanan waktu pada 2013 setelah tahap front end engineering design (FEED), biaya yang dibutuhkan proyek ini meningkat dari sekitar US$ 6,9 miliar.

Mulai melonjaknya harga minyak jadi alasan Chevron melakukan revisi PoD. Perusahaan yang dulu bernama Caltex itu kemudian merevisi PoD tersebut dengan menambahkan permintaan credit investment.

Saat revisi proposal revisi itu diserahkan, pemerintah selalu menolaknya. Hal itu karena proposal tidak lengkap secara administrasi dan pihak Chevron meminta insentif yang tidak ada dalam kontrak, yakni credit investment.

Chevron meminta investment credit atau hak ganti rugi kepada pemerintah dengan persentase yang sangat tinggi yakni sebesar 240%. Padahal, maksimal investment credit yang diminta KKKS itu hanya 100%.

“Pemerintah akan berjuang untuk confirm cost yang masuk akal. Berubah dalam hitungan miliar,” tandasnya.

Dengan begitu, kata Arcandra, pemerintah akan berjuang mencari angka benar dan masuk akal karena ini menggunakan cost recovery.

“Kalau kita tidak kuat, cost recovery kita jeblok,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×