kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BASF mengembangkan solusi pertanian ramah lingkungan di Jember


Rabu, 01 Agustus 2018 / 18:31 WIB
BASF mengembangkan solusi pertanian ramah lingkungan di Jember
Suasana lahan AgSolution Farm, kerjasama BASF Indonesia dengan Universitas Jember


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JEMBER. Produsen bahan kimia asal Jerman, Badische Anilin und Soda Fabrik atau lebih dikenal dengan BASF meresmikan Regional AgSolution Farm di Wahana Edukasi Tanaman Obat Universitas Jember, Jawa Timur pada Rabu (1/8).

Martin Wolf, BASF ASEAN Business Director mengatakan, AgSolution Farm akan membantu BASF mengembangkan solusi yang dibuat secara spesifik bagi para petani Indonesia. AgSolution Farm juga membantu para petani untuk mengadopsi teknologi dan praktik pertanian terbaru dengan cepat, sehingga dapat meningkatkan hasil panen petani.

"Kemitraan dengan institusi yang ahli di bidang pertanian bertujuan untuk membantu petani memenuhi kebutuhan yang terus meningkat akan bahan makanan yang berkualitas dan bernutrisi," kata Martin pada Rabu (1/8).

Dekan Fakultas Pertanian UNEJ Ir. Sigit Suparjono, MS., PhD mengatakan, kemitraan ini akan membawa manfaat yang signifikan bagi Universitas Jember sebagai mitra strategis, terutama bagi para petani pada umumnya. Kerja sama ini akan meningkatkan kompetensi mahasiswa, dosen, dan petani di bidang aplikasi produk solusi pertanian yang ramah lingkungan.

"Hasil dari sinergi penelitian bersama ini bisa langsung dikomunikasikan kepada petani, sehingga dapat membantu mereka dalam budidaya tenaman pertanian yang benar dan berkesinambungan," kata Sigit.

Maskur, Kepala Dinas Pertanian Jember Maskur dalam sambutannya saat kegiatan ini mengharapkan transfer teknologi ini tujuan akhirnya ialah para petani. "Kita harapkan pertanian kita terus berkembang kearah teknologi yang ramah lingkungan, namun mampu meningkatkan pendapatan para petani," kata Maskur.

Penggunaan teknologi yang terlalu canggih akan membuat petani enggan untuk menerapkannya, sehingga diperlukan teknologi dan inovasi yang ramah dan tepat guna, lalu perlu juga adanya pendampingan. "Tidak mudah untuk melakukan sekadar transfer teknologi karena harus menyesuaikan dengan kondisi lokal serta land holding petani yang kecil rata-rata 0,2-0,3 hektare yang membuat kurang efektifnya penggunaan teknologi dan mekanisasi contohnya seperti traktor," kata Martin.

Daniel Loh, President Director BASF Indonesia mengatakan, BASF tidak bertujuan untuk menjual produk yang standar di bidang pertanian. Melainkan produk terbaik yang ramah lingkungan dan memilki banyak manfaat.

Untuk anggaran pengembangan sektor pertanian di Indonesia dan target penjualan manajemen tidak secara gamblang mengatakannya, bertumbuh sesuai GDP yang artinya berkisar 5%-6% "Harapanya bisa bertumbuh sesuai GDP. Sementara untuk anggaran riset secara global sebesar € 1,9 juta dimana 27% untuk pertanian," kata Daniel.

Kemitraan ini rencananya akan berlangsung selama 10 tahun, di atas lahan sekitar 2 hektare. Nantinya, AgSolution Farm untuk mendukung persyaratan uji biologi lapangan, mendorong percepatan pengembangan dan introduksi produk-produk strategis melalui pelatihan internal dan eksternal sebagai sarana kolaborasi serta transfer teknologi yang sesuai dengan iklim dan kondisi tanah di Indonesia.

Terkait fluktuasi rupiah, perusahaan ini juga merasakannya. Salah satu solusi untuk permasalahan ini adalah dengan melakukan hedging. Untuk sementara manajemen belum berencana untuk menaikkan harga untuk produk-produk pertaniannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×