kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belanda & Korea bersinergi bangun Giant Sea Wall


Rabu, 06 April 2016 / 22:45 WIB
Belanda & Korea bersinergi bangun Giant Sea Wall


Reporter: Agus Triyono | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah terus mematangkan rencana proyek Pembangunan Terpadu wilayah Ibukota Negara dan Pesisir (NCICD) atau Tanggul Laut Raksasa Jakarta (Giant Sea Wall). Dalam rapat pematangan rencana pembangunan proyek yang dilakukan Senin (4/4), pemerintah bersama dengan Belanda dan Korea Selatan, dua negara yang berencana membantu Indonesia mewujudkan pembangunan proyek tersebut, sepakat untuk berbagi peran.

Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Mudjiadi mengatakan, pembagian peran tersebut dilakukan untuk mempertajam masterplan pembangunan tanggul bagian B dan C. Rencananya pembagian peran tersebut akan dituangkan dalam nota kesepahaman (MoU) yang targetnya bisa diteken bulan ini.

"Pembagian peran ini untuk tanggul bagian B dan C, misalnya dalam penajaman masterplan, Korea bertugas mengumpulkan data primer, nanti yang analisa dan rumuskan masterplan Belanda, seperti itu pembagian tugasnya," kata Mudjiadi di Jakarta, Selasa (5/4).

Mudjiadi mengatakan, pembuatan nota kesepahaman tersebut merupakan tindaklanjut dari kesepakatan yang telah dibuat pemerintah dengan Belanda dan Korea pada September 2015. Sebagai catatan, pada September lalu, pemerintah bersama Belanda dan Korea Selatan sepakat bekerjasama untuk mematangkan pelaksanaan proyek NCICD.

Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian Luky Eko Wuryanto mengatakan, kerjasama tersebut dilakukan untuk beberapa keperluan. Untuk Korea misalnya, kerjasama dilakukan dalam penyusunan studi dan survei.

Sementara dengan Belanda, kerjasama akan dilakukan dengan mendatangkan ahli dari negeri kincir angin tersebut untuk menganalisis data yang diperoleh dari survei dan studi yang telah dilakukan. Luky mengatakan, dalam kesepakatan kerjasama itu, Indonesia juga mendapatkan hibah dari ke dua negara tersebut untuk proyek tersebut.

Dari Belanda, pemerintah mendapatkan hibah sekitar € 8,5 juta, sementara, Korea US$ 9,5 juta. Mudjiadi mengatakan, kemungkinan besar masih butuh waktu lama untuk mematangkan proyek NCICD. "Setelah MoU dibuat, masih ada studi paling cepat dua tiga tahun, setelah itu DED bari pelaksanaan, amdal, jadi masih lima tahun sampai konstruksi," katanya.

Proyek NCICD  digagas oleh Fauzi Bowo, mantan Gubernur DKI Jakarta sejak beberapa tahun lalu untuk mengatasi masalah banjir di kawasan Pantai Utara Jakarta. Selain itu, proyek tersebut juga disiapkan sebagai tempat penyimpanan air bersih untuk masyarakat Ibu Kota.

Proyek ini sebenarnya sudah jalan. Pada 9 Oktober 2014, Pemerintahan melalui Chairul Tanjung, Menko Perekonomian saat itu sudah melakukan pencanangan dan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan proyek yang diperkirakan menelan dana Rp 500 triliun. Tapi, di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, proyek tersebut dievaluasi. Pemerintahan Jokowi memutuskan untuk memperbaiki konsep perencanaan proyek tersebut.


Bastari Pandji Indra, Asisten Deputi Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Pembangunan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, beberapa waktu lalu mengatakan perbaikan konsep tersebut dilakukan terhadap penanganan masalaj air di hulu aliran sungai Jawa Barat, Jakarta dan Banten yang akan dialirkan ke proyek tersebut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×