kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China agresif ke start up Indonesia


Sabtu, 26 Agustus 2017 / 12:05 WIB
China agresif ke start up Indonesia


Reporter: Avanty Nurdiana, Khomarul Hidayat | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Pasar bisnis start-up Indonesia bak medan persaingan baru bagi raksasa teknologi asal China. Korporat dari Tiongkok itu makin getol mendanai perusahaan rintisan asal Indonesia.

Kabar terbaru, JD.com, e-commerce terbesar kedua China, masuk ke Go-Jek, perusahaan layanan transportasi online. Sumber Reuters mengatakan, JD.com menyuntik sekitar US$ 100 juta atau setara Rp 1,34 triliun ke Go-Jek (kurs US$ 1=Rp 13.400). Suntikan ini disebut-sebut merupakan rangkaian aksi penggalangan dana yang dilakukan oleh Go-Jek dan akan ditutup pada kuartal III-2017.

Aksi ini hanya berselang sepekan setelah penguasa e-commerce China, Alibaba Group Holding menyuntikkan dana US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun ke Tokopedia. Alibaba menyisihkan JD.com yang juga berminat masuk ke Tokopedia.

Kini, selain JD.com, ada beberapa investor lain seperti private equity KKR & Co, Warburg Pincus, serta modal venture Sequoia Capital. Total dana yang diraih Go-Jek dari investor lama maupun pemodal baru mencapai sekitar US$ 1 miliar. Jumlah ini menambah valuasi Go-Jek yang sebelumnya diperkirakan sekitar US$ 2,5 miliar.

Go-Jek tak hanya memiliki layanan jasa transportasi sepeda motor, taksi dan mobil. Perusahaan ini juga melayani pembelian makanan, belanja di toko, pulsa, tiket hingga jasa bersih-bersih rumah.

Go-Jek juga melengkapi bisnisnya dengan pembayaran digital bertajuk GoPay. Bisnis pembayaran mobile inilah yang disebut sumber Reuters menarik minat para investor. Terlebih Go-Jek sudah merambah ke 25 kota besar di Indonesia.

Bukan kali ini saja JD.com, perusahaan yang dimiliki Lui Qiandong alias Richard Liu, berinvestasi di start-up Indonesia. Juli 2017, JD.com bersama Expedia Inc, East Ventures, Hillhouse Capital Group, dan Sequoia Capital, mengguyur investasi senilai total US$ 500 juta ke Traveloka, perusahaan rintisan travel online (lihat infografik).

Selain Alibaba dan JD.com, pemodal China lain yang lebih dulu berinvestasi di Go-Jek adalah Tencent Holdings, perusahaan media sosial dan hiburan. Bulan lalu, Tencent dikabarkan membenamkan dana sekitar US$ 100 juta-US$ 150 juta ke Go-Jek.

Nah, secara umum, potensi pasar Indonesia yang besar menjadi magnet bagi investor, termasuk dari China. Ambil contoh, pasar e-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar US$ 130 miliar pada tahun 2020. Nilai pasar e-commerce Indonesia akan menjadi yang terbesar nomor tiga di Asia, setelah China dan India.

Tak mengherankan jika pemodal asal Tiongkok tergiur melihat potensi pasar lokal. Bahkan Alibaba tampak jorjoran menebar duit ke e-commerce Indonesia. Selain menyuntik US$ 1,1 miliar ke Tokopedia, tahun lalu Alibaba membeli saham Lazada Group SA senilai US$ 1 miliar. Penetrasi Lazada termasuk dominan di pasar e-commerce Indonesia.

Lewat Ant Financial, perusahaan milik miliarder Jack Ma itu juga mendirikan perusahaan patungan dengan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK). Keduanya berkongsi membangun platform pembayaran mobile.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×