kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China tak menginginkan perang dagang dengan Amerika, tapi tak akan diam saja


Senin, 05 Maret 2018 / 13:03 WIB
China tak menginginkan perang dagang dengan Amerika, tapi tak akan diam saja
ILUSTRASI. Uang yuan China


Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China tidak menginginkan perang dagang dengan Amerika Serikat. Namun, Negara Panda ini akan mempertahankan kepentingannya. Hal itu diungkapkan oleh diplomat senior China pada Minggu (4/3), setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan sebuah rencana untuk menetapkan tarif impor baja dan aluminium.

Trump kembali menyerang dengan nada menantang pada akhir pekan, dengan mengatakan bahwa perang dagang sangat bagus dan sangat mudah untuk dimenangkan. Hal itu diungkapkanĀ  sehari setelah dia mengumumkan dirinya akan menerapkan tarif 25% untuk impor baja dan 10% untuk produk aluminium.

Ketegangan perdagangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia terus meningkat sejak Trump mulai menjabat sebagai Presiden AS pada 2017. Meskipun China hanya menyumbang sebagian kecil impor baja AS, ekspansi industri masif China telah membantu menambah pasokan baja global yang berhasil menekan harga baja.

Wakil Menteri Luar Negeri China Zhang Yesui mengatakan, perundingan dan pasar terbuka secara mutual merupakan cara terbaik untuk menyelesaikan terjadinya gesekan perdagangan.

"China tidak ingin berperang dengan Amerika Serikat, tapi kita sama sekali tidak akan duduk dan diam saja melihat kepentingan China diganggu," kata Zhang, yang merupakan juru bicara parlemen dan mantan duta besar China untuk Amerika Serikat.

"Jika kebijakan dibuat berdasarkan penilaian atau asumsi yang keliru, ini akan merusak hubungan bilateral dan menimbulkan konsekuensi yang tidak ingin dilihat oleh kedua negara," lanjutnya.

Trump meyakini, penerapan tarif akan melindungi lapangan pekerjaan di Amerika. Namun banyak ekonom mengatakan dampak kenaikan harga bagi pengguna baja dan aluminium, seperti industri otomotif dan minyak, akan menghancurkan lebih banyak lapangan pekerjaan daripada pembatasan impor.

Meskipun demikian, ada konsensus bipartisan yang berkembang di Washington, dan dukungan dari komunitas bisnis AS bagi pemerintah untuk melawan apa yang dilihat sebagai kebijakan industri predator Beijing dan pembatasan pasar terhadap perusahaan asing.

Trump telah lama mencari jalan untuk menyeimbangkan hubungan perdagangan dengan China dan mempertimbangkan sanksi perdagangan potensial terhadap Beijing berdasarkan penyelidikan "Section 301" terhadap praktek kekayaan intelektual China dan tekanan pada perusahaan asing untuk transfer teknologi.

Pemerintahan Trump juga menegaskan Amerika Serikat telah keliru mendukung keanggotaan China dalam Organisasi Perdagangan Dunia pada tahun 2001 terkait bahwa mereka telah gagal memaksa Beijing untuk membuka ekonominya.




TERBARU

[X]
×