kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dana US$ 676 miliar hengkang dari China di 2015


Kamis, 21 Januari 2016 / 16:30 WIB
Dana US$ 676 miliar hengkang dari China di 2015


Sumber: money.cnn | Editor: Mesti Sinaga

Dana dalam jumlah sangat besar terbang keluar dari negeri China. Berdasarkan laporan International Finance, US$ 676 miliar telah keluar dari China di tahun 2015.  

Jumlah  ini jauh lebih besar dibandingkan dengan  total  capital outflow dari seluruh pasar emerging, termasuk China,  di tahun 2014.

Capital out flow alias aliran dan keluar dari China mengalami meningkat di kuartal keempat 2015. Pemicunya adalah kekuatiran investor terhadap pelemahan ekonomi China dan gejolak di pasar modalnya.

Perusahaan-perusahaan China juga mengalami tekanan pembayaran utang luar negeri akibat melemahnya yuan.  

Yang mencemaskan, arus dana keluar dari China itu  tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat.  

“China diperkirakan masih akan mengalami capital outflow dalam jumlah besar, lantaran negara ini masih berkutat dengan persoalan makro dan harus melakukan  intervensi besar-besaran untuk menstabilkan mata uangnya,” demikian Laporan International Finance menyebutkan.

Investor terus mencoba  menarik setidaknya sebagian dari dananya dari China setelah nilai yuan merosot dan bursa saham di negara tersebut bergejolak liar. Sebagian besar investor melihat ada peluang yang lebih baik di luar, entah itu di bidang properti atau di pasar asing.

Menurut Departemen Keuangan AS, sepanjang bulan Agustus 2015 saja, dana US$ 200 miliar meninggalkan China setelah bank sentral mengejutkan dunia dengan kebijakannya mendevaluasi yuan.

China memang membatasi jumlah yang bisa dibawa keluar oleh setiap individu  maksimal US$ 50.000 per tahun. Namun, arus dana keluar terus terjadi. Untuk meredamnya,  September lalu Beijing menurunkan jumlah dana tunai yang bisa ditarik warga negaranta di ATM luar negeri.

Arus dana keluar  bisa menempatkan yuan di bawah posisi yang tak menguntungkan, nilai tukarnya bisa kian lemah. Dus, bank sentral pun harus terus menyuntikkan dana menyelamatkan mata uangnya.

Sejak tahun lalu, China telah melakukan intervensi besar-besaran di pasar. Menurut  Departemen Keuangan AS, pada kuartal ketiga  2015 , China membelanjakan US$  230 miliar untuk menahan pelemahan yuan.  

Para ekonom yang disurvei CNNMoney memperkirakan, hingga akhir 2016, yuan masih akan jatuh 3% dari  levelnya sekarang.




TERBARU

[X]
×