kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dorong emiten, BEI eratkan kerjasama dengan Kadin


Senin, 24 Juli 2017 / 14:18 WIB
Dorong emiten, BEI eratkan kerjasama dengan Kadin


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mendorong jumlah perusahaan tercatat. Salah satunya dengan menjalin kerja sama dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI menyatakan, saat ini perusahaan yang terdaftar dalam Kadin dan masuk ke pasar modal belum mencapai 0,1%. Sementara, perusahaan yang sudah terdaftar di pasar modal, kurang dari separuhnya belum terdaftar di Kadin.

"Ini kan lucu, padahal Kadin ini adalah ujung tombang perwakilan para pengusaha di Indonesia, sudah sepantasnya bursa bekerja sama secara reguler," kata Tito di BEI, Senin (24/7).

Dia menyatakan, pihaknya akan mengimbau perusahaan yang ada di pasar modal, untuk menjadi anggota Kadin. Menurut Tito, sudah sepantasnya karena Kadin juga memperjuangkan soal aturan, support, dan mempermudah relaksasi bisnis di Indonesia. Selain itu, juga membantu kemudahan akses ke luar negeri. "Misalnya, kalau ada masalah pajak dia yang fight," kata dia.

Rosan Roeslani, Ketua Umum Kadin menyatakan, pihaknya juga akan mendorong anggota Kadin untuk bisa memperoleh fasilitas pendanaan lewat pasar modal. Nantinya, Kadin akan memberikan sosialisasi pada seluruh Kadin di Indonesia. "Kami mendorong perusahaan-perusahaan yang menjadi anggota kadin bisa masuk ke bursa terutama UMKM untuk IPO," ujarnya.

Rosan menambahkan, ada beberapa UMKM yang sudah siap melakukan IPO, meskipun jumlahnya belum banyak. Rosan menuturkan, ada 3-4 perusahaan yang siap melantai di bursa. Meskipun demikian, untuk bisa go public perusahaan-perusahaan ini masih terbebani biaya administrasi. "Jadi masih kami usahakan, diberikan kemudahan pembiayaan," katanya.

Kadin akan membicarakan hal tersebut kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk kemudahan pembiayaan. Perusahaan tersebut, katanya memiliki aset Rp 28 miliar - Rp 30 miliar. Sementara satu perusahaan lainnya sekitar Rp 50 miliar, karena usai menambah mesin pabrik. "Sebenarnya sudah layak go public, dengan aset Rp 10 miliar dengan laporan keuangan 1 tahun terakhir udah bisa go public," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×