kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duterte 'The Punisher' jadi Presiden Filipina


Selasa, 10 Mei 2016 / 17:18 WIB
Duterte 'The Punisher' jadi Presiden Filipina


Sumber: BBC | Editor: Yudho Winarto

MANILA. Wali Kota Davao, Rodrigo ‘Digong’ Duterte, memenangi pemilihan presiden Filipina setelah pesaing terdekatnya, Manuel Roxas, mengakui kekalahan dan mengundurkan diri dari persaingan.

Sebelum Roxas mundur, lembaga pemantau penghitungan suara menunjukkan Duterte unggul lebih dari lima juta suara.

Berdasarkan data PPCRV (Parish Pastoral Council for Responsible Voting), Duterte mengantongi 14,8 juta suara dari 90% surat suara yang telah dihitung. Manuel Roxas berada pada peringkat kedua dengan 9 juta suara. PPCRV ditugasi komisi pemilihan umum untuk memantau penghitungan suara, namun laporan lembaga itu tidak mewakili hasil resmi.

Meski demikian, hal itu sudah cukup bagi Roxas untuk menyerah. “Ada banyak tangisan di ruangan ini. Tapi saya katakan kepada Anda bahwa ini bukan sangatnya menangis. Bagi negara kita, kita telah mengalami pengalihan kekuasaan yang damai dan sukses,” ujar Roxas.

Kandidat presiden lainnya, Grace Poe, sudah terlebih dulu mengakui kekalahan. Dia berjanji “bekerja sama dengan proses pemulihan” setelah pada masa kampanye kelima kandidat bertarung sengit.

Untuk mendampingi Duterte, Leni Robredo amat mungkin menjabat wakil presiden. Perolehan suara perempuan tersebut sedikit di atas Ferdinand "Bongbong" Marcos, putra mantan diktator Ferdinand Marcos.

Sebagaimana dilaporkan wartawan BBC di Manila, Jonathan Head, Duterte telah meraih banyak dukungan berkat janji-janjinya untuk menyingkirkan para pelaku kejahatan dan pejabat korup. Pria yang menjabat wali kota Davao itu juga berikrar mengubah sistem presidensial menjadi sistem parlementer.

Di ranah kebijakan luar negeri, pria berjuluk 'The Punisher' itu mengatakan akan menempuh perundingan multilateral untuk menyelesaikan perseteruan soal Laut Cina Selatan. Perundingan itu, menurutnya, harus mengajak serta Jepang, Australia, dan Amerika Serikat.

Jika tidak berhasil, Duterte bertekad untuk berlayar ke salah satu pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan dan menancapkan bendera Filipina di sana. Cina, kata Duterte, boleh menembaknya dan membuatnya menjadi pahlawan nasional.

Terpilihnya Duterte sebagai presiden baru ditengarai tidak akan mengubah hubungan antara Indonesia dan Filipina yang sudah terjalin baik, kata Eddy Mulya, diplomat Indonesia yang bertugas di Kedutaan Besar RI di Manila.

“Kerja sama di perbatasan sudah baik, pengawasan perbatasan dan titik-titik patroli,” kata Eddy.

Transisi pemerintahan Presiden Benigno Aquino ke pemerintahan yang akan dipimpin Duterte juga diprediksi tidak akan mengubah jalannya perundingan untuk membebaskan empat WNI yang masih disandera di bagian selatan Filipina.

“Saya rasa tidak ada pengaruhnya. Perundingan saat ini masih jalan, setahu saya,” lanjutnya.

Profil Duterte

Lahir pada 1945 di keluarga yang sederhana ketimbang sejumlah politisi Filipina. Menikah dua kali, sekarang lajang. Mengaku memiliki beberapa kekasih.

Berprofesi sebagai pengacara. Menjabat wakil wali kota Davao pada 1986 dan menjadi wali kota sejak 1988. Terkenal akan komentar kontroversialnya, termasuk soal pemerkosaan terhadap misionaris asal Australia.




TERBARU

[X]
×