kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom: Stimulus ekonomi di tangan pemerintah


Kamis, 19 Oktober 2017 / 21:29 WIB
Ekonom: Stimulus ekonomi di tangan pemerintah


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ditahannya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) di level 4,25% menjadi tanda berakhirnya stimulus moneter. Sebab, bank sentral merasa bahwa bunga acuan saat ini telah memadai untuk menjaga laju inflasi tahun ini.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo mengatakan, berdasarkan kajian BI terakhir, tingkat bunga saat ini telah cukup untuk menjaga ekspektasi inflasi. Hingga akhir tahun, BI memperkirakan inflasi akan berada di bawah level 4%.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman menilai, stimulus moneter BI merupakan stimulus pendukung ekonomi domestik. Sebab, stimulus utama ekonomi berasal dari sisi fiskal.

Menurutnya, pelonggaran bunga acuan yang telah dilakukan BI sebanyak 200 basis points (bps) sejak awal 2016 hingga saat ini kurang efektif mendorong ekonomi. Hal itu lantaran, "Stimulus fiskal dari pemerintah terbatas," kata Juniman kepada Kontan.co.id, Kamis (19/10).

Bahkan, pemangkasan suku bunga acuan terakhir kali, yaitu September 2017 justru membuat biaya mahal. Sebab, kurs rupiah melemah lebih tinggi dibanding pelemahan mata uang lainnya, di tengah penguatan dollar Amerika Serikat (AS).

Oleh karena itu, ia menilai pemerintah harus lebih pro aktif menstimulasi ekonomi. Caranya, pertama, memperhatikan sektor riil sejalan dengan giatnya pembangunan infrastruktur.

"Selama ini pemerintah melupakan sektor lain. Saat pembangunan infrastruktur, pemerintah kurang melibatkan swasta sehingga multiplier effectnya kecil. Sektor riil bergerak lambat, ekonomi stagnan di 5%," tambahnya.

Kedua, pemerintah harus membenahi sektor riil, khususnya industri pertanian, pengolahan, dan sebagainya. Ketiga, pemerintah juga harus mengoptimalkan fiskal yang ada dengan membuat skala prioritas mengenai sektor mana yang bisa memberikan multiplier effect yang besar.

"Kalau masih gini terus, hanya fokus ke infrastruktur, ekonomi sulit tumbuh ke 6%," kata Juniman.

Pihaknya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini sendiri hanya bisa mencapai 5,07%, sedikit lebih tinggi dibanding tahun lalu yang sebesar 5,02%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×