kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gaet pengunjung, konsep mal di AS berubah


Sabtu, 08 Juli 2017 / 15:09 WIB
Gaet pengunjung, konsep mal di AS berubah


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini

UTAH. Pemilik Newgate Mall akan menginvestasikan dana senilai US$ 500.000 untuk merenovasi ruang mal guna menarik para pemilik restoran, toko dan pengunjung. Perombakan mal bertujuan untuk mengubah wajah Newgate Mall lebih segar setelah mal kehilangan pengunjung karena beralih ke belanja online.

Direktur Ritel Nasional Time Equities Ami Ziff mengatakan, Newgate Mall memiliki luas 718.000 kaki persegi atau 67.000 meter persegi. Biaya tersebut untuk dekorasi isi mal agar lebih modern.

Ziff menambahkan, membeli mal tua kemudian merenovasi mal tersebut tidak akan menjadi masalah bagi perusahaan. Pasalnya, investasi yang keluar akan berubah menjadi keuntungan di masa mendatang. Time Equities membeli Newgate Mall senilai US$ 69,5 juta di tahun lalu.

Newgate Mall beralih ke segala cara mulai dari mendirikan restoran, bar hingga membangun lapangan golf mini dan pusat kebugaran ketimbang mendirikan toko pakaian dan elektronik yang kurang diminati konsumen. Ini demi menarik wisatawan yang tertarik mencari hiburan di pusat perbelanjaan.

Banyak pemilik gedung telah proaktif merombak ruangan untuk diisi dengan yang lebih menguntungkan. Sandeep Matharani, CEO GPP Inc, perusahaan pemilik mal terbesar kedua di AS mengatakan, pihaknya telah membeli 115 department store selama enam tahun terakhir dan mengembangkannya lagi.

Hasilnya sejumlah penyewa baru di mal milik GPP berdatangan. Antara lain toko Best Buy and Nordstrom, jaringan restoran Dave & Buster's dan klub kesehatan Life Time Fitness.

"Kami menargetkan bahwa mal ini dalam lima tahun ke depan dapat membeli lagi 100 department store lainnya," kata Mathrani seperti dilansir Bloomberg, Rabu (5/7).

Bloomberg melaporkan lebih dari selusin pengecer (retailer) telah bangkrut di tahun ini karena peralihan belanja ke online. Broker Cushman & Wakefield Inc memprediksi sebanyak 13.000 toko akan tutup di tahun depan atau naik 225% dibandingkan penutupan 4.000 toko di tahun 2016.

Seorang Analis Bloomberg Intelligence Jeffrey Langbaum menilai, beberapa perusahaan tidak memiliki uang tunai untuk bertahan di tengah-tengah penutupan toko. Adapun tingkat kekosongan mal naik menjadi 8,1% di kuartal II 2017 dari 7,9% di kuartal I lalu.




TERBARU

[X]
×