kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gaji kecil lebih mematikan dibanding obesitas


Jumat, 03 Februari 2017 / 13:40 WIB
Gaji kecil lebih mematikan dibanding obesitas


Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Memiliki pekerjaan dengan gaji kecil bisa lebih mematikan ketimbang memiliki badan gemuk. Bahkan para ahli memperingatkan, gaji yang rendah harus menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan oleh petugas medis sebagai penyebab penyakit yang berhubungan dengan kematian dini.

Dilansir dari Thesun.co.uk, sebuah penelitian terbaru menemukan, orang dewasa yang kekurangan dari segi ekonomi, mengalami penurunan harapan hidup sebanyak 2,1 tahun. Hampir sama berbahayanya dengan kebiasaan jarang bergerak yang mengurangi harapan hidup sebanyak 2,4 tahun.

Sedangkan pada orang dewasa yang obesitas, harapan hidup “hanya” berkurang 0,7 tahun dan 0,5 tahun untuk mereka yang minum terlalu banyak alkohol.

Untuk mendapatkan hasil tersebut, para peneliti mengamati lebih dari 1,7 juta orang dewasa dari tujuh negara maju. Merokok ditemukan memiliki dampak kematian dini terbesar, yaitu memotong harapan hidup rata-rata 4,8 tahun.

Peneliti utama Silvia Stringhini, dari Rumah Sakit Lausanne University di Swiss, mengatakan, “Studi ini merupakan yang pertama yang membandingkan dampak kemiskinan dengan ancaman kesehatan lainnya seperti tidak aktif bergerak, merokok, diabetes, tekanan darah tinggi, obesitas dan minum alkohol.”

Studi ini menemukan empat dari 10 pria dan lebih dari seperempat wanita dalam kategori sosial ekonomi rendah, 46 persen lebih kecil kemungkinannya untuk mencapai usia 85 tahun.

Menurut sesama peneliti Profesor Paolo Vineis, dari Imperial College London, status sosial ekonomi jarang dijadikan faktor penyebab berkurangnya harapan hidup.

“Padahal, pendapatan yang rendah dapat memengaruhi kebiasaan, tingkat stres, dan banyak hal dalam kehidupan. Sehingga, studi kami menunjukkan bahwa itu harus dimasukkan bersama faktor-faktor konvensional lain sebagai pemicu kesehatan yang buruk."

(Bestari Kumala Dewi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×