kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak melorot dipicu kenaikan stok di AS


Rabu, 28 Maret 2018 / 17:58 WIB
Harga minyak melorot dipicu kenaikan stok di AS
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tergelincir setelah sempat menguat pada Selasa (27/3). Pada perdagangan Rabu (28/3), harga minyak mentah terjegal kenaikan persediaan minyak Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, Rabu (28/3) pukul 16.30 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2018 di Nymes melorot 0,95% menjadi US$ 64,63 per barel. Namun, jika dibandingkan sepekan sebelumnya, penurunan hanya sekitar 0,83%.

“Tekanan minyak ini karena persediaan minyak AS yang bertambah dan dollar AS yang menguat,” kata Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures, Rabu.

American Petroleum Institute (API) melaporkan kenaikan persediaan minyak. Pada pekan yang berakhir 23 Maret lalu, persediaan minyak naik 5,3 juta barel menjadi 430,6 juta barel.

Selain itu tekanan terhadap harga minyak diperparah karena penguatan indeks dollar AS. Pada pukul 15.15 WIB, indeks dollar spot menguat 0,10% ke level 89,461.

Walaupun sempat mencatatkan kenaikan signifikan beberapa hari sebelumnya, tetapi Deddy melihat sebenarnya rentang pergerakan minyak WTI masih tetap sama yaitu di kisaran US$ 60-US$ 66 per barel. Menurutnya, pasar masih khawatir dengan kenaikan produksi minyak AS.

“Secara fundamental belum ada yang benar-benar bisa mengangkat harga. Kalau kemarin hanya spekulatif saja,” paparnya.

Sementara, Nizar Hilmy, analis PT Global Kapital Investama Berjangka menilai, sejak awal sesi perdagangan Rabu (28/3) pergerakan minyak WTI cenderung datar. Menurutnya saat ini masih terjadi tarik menarik sentimen. Di satu sisi kenaikan persediaan minyak AS menekan harga, tetapi pada dasarnya minyak mentah masih diselimuti beberapa katalis.

Pernyataan Pangeran Arab Saudi Salman yang menyebut kesepakatan pemangkasan produksi antara Arab Saudi dan Rusia berpeluang dilanjutkan dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. Ini membuat pasar optimis. Apalagi, ketegangan di kawasan Timur Tengah dikhawatirkan akan mengganggu produksi.

“Ini cukup bullish untuk minyak,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×