kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Imbas perang dagang, beberapa pabrik elektronik di AS mulai PHK karyawan


Kamis, 24 Oktober 2019 / 06:25 WIB
Imbas perang dagang, beberapa pabrik elektronik di AS mulai PHK karyawan


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tarif perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China mulai berefek pada manufaktur elektronik di AS. Berdasarkan survei industri yang dirilis Rabu (23/10), kini pabrik-pabrik elektronik di AS mulai mengurangi investasi dan mengurangi pekerjaan ataupun memberhentikan pekerja karena kenaikan biaya tarif perdagangan.

Mengutip Reuters, Rabu (23/10) IPC, asosiasi perdagangan industri elektronik global menemukan bahwa hampir sepertiga dari seluruh nilai impor anggotanya dengan operasi impor AS terpukul oleh meningkatnya biaya akibat perang dagang AS-China yang berkepanjangan.

Industri elektronik semakin banyak mengambil bahan baku, komponen dan peralatan manufaktur dari pabrik-pabrik China. Mereka kemudian merakitnya menjadi produk akhir, mulai dari panel kontrol untuk traktor hingga mesin pencitraan medis di pabrik yang lebih dekat dengan pelanggan, termasuk di AS.

Baca Juga: Redam ketegangan dagang, China bebaskan tarif impor kedelai AS sebanyak 10 juta ton

Survei IPC menunjukkan bahwa satu dari lima perusahaan yang beroperasi di AS mengatakan mereka mengurangi investasi di AS karena tarif impor baru.

Sekitar 13% dari perusahaan-perusahaan tersebut menyatakan memangkas pekerjaan atau mengurangi jumlah karyawan.

"Tampaknya jelas bahwa hilangnya profitabilitas berdampak pada kemampuan perusahaan-perusahaan ini untuk berinvestasi," kata Kepala Ekonom IPC, Shawn DuBravac seperti dikutip Reuters.

DuBravac mengatakan, banyak perusahaan asosiasi mengindikasikan bahwa mereka meninggalkan China, tetapi tampaknya tidak banyak yang kembali ke AS. 

Sebaliknya fokusnya adalah pindah ke negara-negara berbiaya rendah lainnya, termasuk Vietnam dan Malaysia.

Brad Heath, kepala eksekutif VirTex, pabrikan yang berbasis di Austin, Texas mengatakan, ia membayar lebih dari US$ 200.000 untuk tarif komponen elektronik China atas nama kliennya bulan lalu.

VirTex adalah produsen kontrak, yang merakit bagian menjadi sub rakitan untuk perusahaan beasr. Biasanya dapat melewati biaya untuk pelanggan akhir, kata Heath.

"Tapi pelanggan kami tidak memiliki kemampuan itu," imbuhnya. Jadi terjadi erosi marjin."

Baca Juga: General Motors PHK sementara 1.200 pekerja di pabrik perakitan Oshawa, Kanada

Survei IPC juga menemukan banyak perusahaan berusaha untuk bertahan dengan tarif, dengan lebih dari sepertinya dari mereka menyatakan tidak dapat menaikkan harga untuk mengimbanginya.

Hampir 70% dari mereka menyatakan tarif telah mengikis margin keuntungannya. Menurut survei, lebih dari setengah perusahaan saat ini mengambil barang dari negara-negara di luar China untuk menghindari tarif.




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×