Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia memang pasar yang menjanjikan bagi investor Korea Selatan. Apalagi demam K-Pop juga menjangkiti sebagian kawula muda Indonesia. Tak heran bila sejumlah investor asal negeri gingseng tersebut silih berganti masuk ke pasar domestik.
Yang terbaru adalah YG Group, salah satu perusahaan label musik dan hiburan. Lewat YG Investment, perusahaan ini menyuntik modal ke Gushcloud International, perusahaan bidang influncer marketing dan hiburan sebesar US$ 3 juta.
Nilai injeksi tersebut tidak sepenuhnya jatuh ke Indonesia, sebab Gushcloud yang berbasis di Singapura ini punya jangkauan bisnis di Indonesia, Filipina, Vietnam, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Thailand.
Khusus Indonesia, menurut Managing Director Gushcloud Indonesia Oddie Randa, dana tersebut bakal ia pakai untuk pengembangan influencer marketing. Ini adalah para netizen yang sanggup mempengaruhi publik untuk menyukai bahkan membeli sesuatu produk atau jasa.
Maklum, tren media sosial di Indonesia hingga kini masih tren. Terlebih pertumbuhan bisnis Gushcloud saban tahun bisa tumbuh 1,5 kali sampai 1,7 kali lipat dari periode sebelumnya. "Adanya investasi tersebut kami harap bisa mendongkrak pertumbuhan Gushcloud lebih dari dua kali lipat," tutur Oddie kepada KONTAN, Senin (16/10).
Charlie Hyun Woo Cho, Head of YG Plus SEA Branch, menyatakan, kehadiran YG di Indonesia bakal memberi nilai plus bagi Gushcloud. Seperti bisa menjalin kerja sama dengan artis label Korea dari YG, agensi artis serta influncer lainnya. "Apalagi Indonesia punya penggemar budaya pop Korea yang sangat besar," tukasnya ke KONTAN.
Oddie bilang Gushcloud International punya 12.000 orang creator dan influencer di seluruh dunia. Lewat sumber daya tersebut dan suntikan YG, ia bakal membuat Sport Star Network, Ini adalah lini bisnis yang bakal mengelola aset digital dari para atlet olahraga. Sayang, ia tidam merinci waktu peluncuranya.
Belum lagi di industri musik. Gushcloud Indonesia akan mengoptimalkan lini musik Eksis Banget. Misalnya dengan ekspansi dan mengelola aset artis dan bakat dari jalur musik indie, pop maupun hitpop.
Sebelumnya, Grup Lotte sudah menggandeng Grup Salim di bisnis situs belanja. Kedua konglomerasi bisnis dari dua negara yang berbeda tersebut membentuk perusahaan patungan bernama PT Indo Lotte Makmur dengan komposisi saham sama besar dan modal disetor sebanyak US$ 100 juta. Kedua perusahaan membuat situs belanja dengan label iLotte.
Phillip Lee, Chief Executive Officer iLotte menyebut kerjasama tersebut memang perlu Grup Lotte buat supaya bisa bersaing dengan perusahaan sejenis yang sudah lebih dulu ada. Seperti Lazada, Zalora, Tokopedia atau Bukalapak serta MatahariMall.
Dengan menggabungkan dua kekuatan grup besar tersebut ia optimistis iLotte bisa bersaing di bisnis daring. Grup Salim kuat di infrastruktur logistik dan produk, Grup Lotte di jaringan ritel. Apalagi situs ini murni situs online yang menjajakan beragam produk dari sejumlah merek.
Saat ini jumlah produk Korea yang ada di iLotte baru berkisar 20%-30% saja. Itupun kebanyakan berasal dari Lotte Mart dan Lotte Mart, Tapi manajemen iLotte menjanjikan bakal ada 100.000 produk Korea ada di situs tersebut mulai tahun depan.
Sayang, tidak semua investor Korea Selatan yang berhasil di bisnis ekonomi digital. Ambil contoh SK Planet yang memilih hengkang dan melego 50% saham di elevenia yang dibeli Grup Salim.
Sejauh ini memang belum ada pernyataan resmi dari pihak manajemen SK Planet terkait info tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
