kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah berakhirnya gerakan Occupy Frankfurt


Senin, 06 Agustus 2012 / 17:49 WIB
Kisah berakhirnya gerakan Occupy Frankfurt
ILUSTRASI. Profil tampan Nam Da Reum saat bergabung di drama Korea Start-Up yang diperankan bersama Suzy, Kim Seon Ho, dan Nam Joo Hyuk.


Reporter: Rika Theo, Deutsche Welle |

FRANKFURT. Malam itu, April empat bulan lalu, KONTAN mengunjungi kota Frankfurt dan melalui markas utama European Central Bank (ECB). Di tengah sinar temaram lampu jalan, tampaklah lambang euro berwarna biru - besar, gagah, dan berkilauan. Namun, bukan lambang euro itu yang mencuri perhatian KONTAN, tapi pemandangan tak biasa di sekitar gedung megah sebuah bank sentral.

Taman di depan gedung ECB itu telah menjelma menjadi perkemahan para demonstran. Sudah sejak 15 Oktober 2011, mereka yang tergabung dalam gerakan Occupy Frankfurt camping di sana.

Terasa sungguh kontras. Lambang euro itu menjadi latar belakang deretan tenda berwarna-warni, spanduk, dan poster-poster yang menyuarakan protes atas krisis, kebobrokan lembaga keuangan, dan kapitalisme. “You can fool some people sometimes, but you can’t fool all the people,” tulis salah satu poster.

Di dekat sederetan tenda putih, ada papan besar bertuliskan, “2012, still occupied.” Ya, pada waktu itu mereka belum tahu bahwa aksi protes akan berakhir pada awal Agustus 2012.

Ironisnya, gerakan Occupy Frankfurt harus berakhir karena tiga hal: tikus, tuna wisma, dan utang. Kebersihan kota ternyata menjadi problem yang lebih besar ketimbang kapitalisme.

Seperti dilansir Deutsche Welle, pemerintah kota membubarkan perkemahan tersebut dengan alasan kondisi kebersihannya tak bisa ditoleransi lagi. Sampah, tikus, masalah sosial, juga obat-obatan terlarang menjadi topik baru menggantikan isu anti-kapitalisme yang awalnya diserukan gerakan itu.

Tak hanya itu, pemerintah kota berkata bahwa kamp berutang 10.000 euro untuk biaya air, listrik, dan sampah. Selasa, 1 Agustus 2012, penggusuran perkemahan itu dilakukan. Namun, otoritas Frankfurt berkata mereka akan menunggu keputusan pengadilan untuk menghentikan gerakan itu.

“Ada tikus di Frankfurt dan juga di kamp Frankfurt Occupy. Tapi tidak banyak. Dan ya, satu demi satu, tuna wisma membangun tenda di antara kami,” kata aktivis Erik Buhn kepada media pemerintah Jerman, Deutsche Welle. Dia pun menegaskan, Frankfurt punya masalah tuna wisma yang tak mau diakui pemerintah.

Kegagalan gerakan kaum 99%

Sembilan bulan lalu, Occupy Frankfurt sangat populer dalam pemberitaan di media. Koran dan televisi memberitakan dengan rinci bagaimana kritik mereka terhadap keserakahan bankir dan golongan 1%. Namun kini Occupy Frankfurt seolah lenyap dari headline-headline media.

Sosiolog Michael Hartman mengatakan, media memang bekerja seperti itu, menyoroti hal baru dan kemudian surut minatnya. “Jumlah aktivis juga telah menurun,” tuturnya.

Menurut Dieter Rucht, pengamat gerakan aksi, banyak aktivis yang kemungkinan bergabung dengan Pirate Party. Ini merupakan partai akar rumput baru Jerman yang mulai naik daun di Eropa. Ia memperkirakan gerakan Occupy Frankfurt akan segera berakhir.

Bahkan gerakan Occupy bermasssa besar seperti di Amerika Serikat dan Spanyol pun tak berlangsung selamanya. “Di Spanyol, gerakan itu gagal untuk meraih sukses politik. Anda bisa melihatnya dari hasil pemilihan umum terakhir,” tutur dia.

Namun Buhn menyanggahnya. Menurut dia ada satu alasan mengapa Jerman kehilangan minat atas gerakan Occupy yaitu ekonomi Jerman yang kuat. “Kami hidup di tempat menyerupai surga,” ucapnya. Ia juga berpikir bahwa Jerman tak punya budaya protes seperti Prancis atau Spanyol.

Buhn sadar Occupy Frankfurt saat ini gagal, namun ia meyakini masih banyak yang bisa dilakukan. “Kami ingin membuat orang-orang paham bahwa ada banyak yang salah dalam sistem perbankan. Kami ingin agar perbedaan antara yang kaya dan miskin tak terlalu lebar, dan hidup di masyarakat dengan kehidupan yang layak,” tegasnya. Dan satu hal lagi, krisis bisa menyerang Jerman kapan pun juga.

Denyut nadi ekonomi Jerman

Frankfurt adalah kota pusat finansial terbesar di Jerman, dan bahkan di Eropa. Tak heran jika aksi Occupy mengambil tempat di kota metropolitan itu.

Warga lokal juga sering menjuluki Frankfurt ‘Mainhattan’, pelesetan dari Manhattan. Selain karena dialiri oleh sungai Main, kesibukan Frankfurt persis seperti Manhattan. Manhattan punya Wall Street, dan Frankfurt punya Frankfurt Stock Exchange, bursa saham terbesar di Jerman.

Di Frankfurt pula, berdiri kantor pusat bank sentral Jerman Bundesbank. Tak ayal, berbagai bank-bank besar dunia pun membangun perwakilannya di sini. Kota bernama tenar Frankfurt am Main ini juga menjadi kantor pusat Deustche Bank dan Commerzbank.

Singkat kata, Frankfurt adalah kota yang menjadi denyut nadi ekonomi Jerman, bahkan bisa dibilang juga Eropa. Di tengah krisis utang yang melanda, Frankfurt sudah dan akan terus menjadi saksi berbagai kebijakan yang akan menentukan kelangsungan ekonomi Eropa selanjutnya.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×