kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kunjungan ke Jepang, Jonan soroti serapan gas


Kamis, 19 Oktober 2017 / 15:20 WIB
Kunjungan ke Jepang, Jonan soroti serapan gas


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) enyoroti persoalan gas dalam kunjungan kerja ke Jepang yang berlangsung dari Senin (16/10) sampai (18/10). Dalam pertemuan dengan LNG Japan Corporation pada Senin (16/10), Jonan menyampaikan bahwa kebijakan pembelian gas Indonesia utamanya dengan jangka waktu kontrak lebih lama dengan volume tetap.

“Indonesia sebisa mungkin menghindari spot cargo, Pertamina diminta untuk berdialog lebih detail terkait pembelian gas ini. Selain itu, kebijakan utama gas Indonesia itu diutamakan untuk pemenuhan dalam negeri, sisanya untuk baru ekspor,” ungkap Dadan Kusdiana, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi dan Kerja Sama Kementerian ESDM dalam keterangan tertulis, Kamis (19/10).

Masih terkait dengan pertemuan dengan LNG Japan Corporation, Menteri ESDM juga meminta agar dilakukan diskusi lebih detail dengan SKK Migas untuk penurunan cost pada proyek LNG Tangguh. Demikian halnya untuk LNG Benoa, bahwa harga untuk pengapalan saat ini sangat mahal, agar usaha-usaha penurunan harga segera dilakukan.

Saat bertemu dengan Tokyo Gas, Selasa (17/10), Tokyo Gas meminta dukungan Pemerintah Indonesia atas studi LNG di Sulawesi termasuk dukungan agar peraturan perundangan di Indonesia dapat mendorong bisnis gas tersebut. Saat ini Tokyo Gas, sedang melakukan studi pembangunan LNG di Sulawesi dan berkomitmen untuk mempercepat penyelesaian studi tersebut.

Jonan juga menyampaikan kepada Tokyo Gas agar jual beli LNG atas gas sebaiknya kontrak jangka panjang. Selain itu, pengusahaan gas jangan hanya sampai membangun infrastruktur gas saja, tetapi sekaligus pembangunan pembangkit listrik. “Tantangannya adalah transportation cost yang mahal untuk wilayah Indonesia Timur. Agar biaya lebih efisien dan murah, pembangunan pembangkit listrik dilakukan di dekat sumber energinya, di mulut sumur. Kebijakan gas Indonesia itu diutamakan untuk pemenuhan dalam negeri, sisanya untuk ekspor,” ujar Dadan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×