kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laju ekonomi pada awal tahun ini masih berat


Selasa, 20 Maret 2018 / 07:45 WIB
Laju ekonomi pada awal tahun ini masih berat


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2018 nampaknya bakal memble. Bahkan, proyeksi pemerintah pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama di tahun ini akan lebih buruk dari realisasi kuartal pertama 2017.

Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Darmin Nasution mendalih, keterlambatan panen raya di sektor pertanian menjadi sebab. "Tahun ini, puncak panen baru akan terjadi April. Lebih lambat," ujar Darmin, Senin (19/3).

Dengan begitu, efek gulir dari panen raya baru akan terasa pada kuartal II. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2018 tidak akan bisa melampaui periode sama tahun lalu yang bisa mencapai 5,01%.

Laju pertumbuhan ekonomi kuartal I juga berjalan lambat juga terpacu oleh pertumbuhan kredit yang belum maksimal. Pertumbuhan kredit perbankan yang masih di level single digit belum bisa melecutkan perekonomian nasional. Asal tahu saja, saat ekonomi tumbuh hingga 6% pada tahun 2012, laju kredit bisa mencapai 20%-25% tiap kuartal.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Erwin Rijanto mengatakan, sebenarnya sektor korporasi mulai menggeliat. Hal itu ditandai dengan penyaluran kredit perbankan selama Februari 2018 yang tumbuh sebesar 8% secara tahunan (year on year). Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan pada Januari 2018 yang sebesar 7,4% yoy atau senilai Rp 4.661 triliun.

Di sisi lain, kinerja ekspor industri manufaktur sepanjang Januari-Februari 2018 pun naik 5,86% yoy menjadi US$ 20,82 miliar. Ekspansi pelaku industri didukung dengan data penambahan Utang Luar Negeri (ULN) swasta untuk modal kerja pada Januari 2018 yang mencapai sebesar US$ 56,32 miliar, naik dari posisi Desember 2017 sebesar US$ 55,74 miliar.

Daya beli masih lemah

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Benny Sutrisno mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 juga ditandai dengan masih lambatnya daya beli konsumen. "Kalau melihat dari penjualan ritel, saya sependapat dengan proyeksi Pak Darmin," terang Benny.

Hal itu juga terindikasi dari kinerja emiten sektor konsumer yang merah pada awal tahun ini. Hingga 19 Maret 2018, indeks sektor konsumer telah turun sebesar 7,77% ke level 2.639,18.

Hanya saja Benny masih optimistis pertumbuhan ekonomi akan meningkat pada periode mendatang. Salah satu penolongnya adalah nilai ekspor non migas yang meningkat. Dua bulan pertama tahun ini, ekspor non migas sebesar US$ 25,94 miliar, naik 10,15% secara tahunan.

Ekonom Institute for Development Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, perlambatan laju pertumbuhan ekonomi kuartal I-2018 terjadi akibat konsumsi rumah tangga yang masih lemah.

Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2018 hanya akan mencapai 4,95%–5%. "Ini dibuktikan dari indeks penjualan riil Bank Indonesia yang turun 1,8% per Januari 2018," ujar Bhima memberi alasan.

Bhima menduga hal itu imbas keterlambatan penyaluran bantuan sosial (Bansos). Selain itu juga karena inflasi bahan makanan yang sangat tinggi pada bulan Januari hingga 2,34% terutama terpacu dengan kenaikan harga beras.

"Akhirnya masyarakat mengurangi belanja untuk kebutuhan lainnya," jelas Bhima. Tak ayal ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Apalagi dari sisi investasi, di kuartal I-2018 belum menunjukkan petumbuhan signifikan. Pengeluaran pemerintah juga masih tersendat pada awal tahun. Percepatan belanja pemerintah baru terlaksana di tingkat pusat, sedangkan daerah masih berkuat di hak teknis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×