kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lotte & Royal Group incar bisnis bioskop


Selasa, 05 April 2016 / 12:07 WIB
Lotte & Royal Group incar bisnis bioskop


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Upaya pemerintah memberikan lampu hijau investor asing yang ingin berbisnis bioskop di tanah air mulai membawa hasil positif. Beberapa investor asing dari Taiwan, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab menyatakan minat investasi bioskop. 

Menurut pemilik jaringan bioskop Platinum, Raam Punjabi, salah satunya adalah Lotte Group  tertarik berbisnis bioskop. "Lotte akan membangun bioskop di jaringan pusat belanja mereka. Mereka juga tertarik membangun bioskop di luar Jakarta," katanya kepada KONTAN, (4/4).

Lotte Group mengibarkan bendera bioskop dengan nama Lotte Cinema. Di Korea Selatan, pebisnis ini sudah mempunyai 738 layar bioskop yang tersebar di 105 lokasi. Adapun di luar Korea, bioskop Lotte juga ada di China serta Vietnam. 

Di negara asal, Lotte Cinema bersaing sengit dengan jaringan bioskop CJ CGV. Bioskop CJ CGV mempunyai 681 layar bioskop di 85 lokasi. Selain itu juga ada di luar negeri seperti di China, Vietnam, dan Amerika Serikat. 

Nah, Sejak 2014, CJ CGV sudah beroperasi di Indonesia. Perusahaan ini  membeli 14,75% saham PT Graha Layar Prima Tbk yang mengoperasikan Blitzmegaplex.

Menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di awal Maret lalu, disebutkan salah satu investor Korea Selatan sudah mengalokasikan US$ 200 juta atau setara dengan Rp 2,78 triliun. Investor tersebut akan membuka 80 sampai 100 layar di sini.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Triawan Munaf memastikan bahwa investor tersebut bukanlah CJ CGV. "Ada pelaku industri bioskop lain dari Korea Selatan," kata Triawan kepada KONTAN, Senin (4/4).

Selain itu, konglomerat Royal Group asal Uni Emirat Arab berencana membangun sejumlah layar bioskop di Indonesia. Lewat anak usaha Cine Royal Cinema LLC, perusahaan ini akan menggelontorkan investasi setara Rp 18 miliar per layar terpadu. 

Menurut Raam, investor asing sepertinya lebih memilih membangun bisnis mereka di Indonesia secara mandiri. Artinya mereka pilih tidak menggandeng pebisnis bioskop dalam negeri. Soalnya, jaringan bioskop lokal, selain Cinema 21 dan Cinemaxx, tergolong terbatas. 

Asal tahu, pemerintah membuka bisnis bioskop terbuka bagi asing lantaran ada keinginan untuk menambah rasio bioskop di Tanah Air. Sampai saat ini di Indonesia setidaknya sudah ada 1.073 layar bioskop jaringan dan 71 layar bioskop independen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×