kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Terpapar dampak penguatan dollar AS, Indonesia punya buffer lebih kuat


Kamis, 28 Juni 2018 / 08:49 WIB
Terpapar dampak penguatan dollar AS, Indonesia punya buffer lebih kuat
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's menyatakan bahwa penguatan dollar Amerika Serikat (AS) sejak pertengahan April menyebabkan beberapa negara mengalami depresiasi mata uang yang tajam dan menurunkan cadangan devisa. Salah satunya Indonesia.

Menurut riset Moody's Investors Service, Kamis (28/6), hal ini menyebabkan peningkatan risiko kredit bagi negara dengan kebutuhan pendanaan eksternal yang besar. Beberapa negara yang paling rentan terhadap dollar AS yang lebih kuat adalah Argentina (B2 stabil), Ghana (B3 stabil), Mongolia (B3 stabil), Pakistan (B3 negatif), Sri Lanka (B1 negatif), Turki (Ba2 tengah direview untuk downgrade), dan Zambia (B3 stabil).

Selain itu, Chili (Aa3 negatif), Kolombia (Baa2 negatif), Indonesia (Baa2 stabil) dan Malaysia (A3 stabil) juga terkena, tetapi negara-negara ini, menurut Moody's, memiliki penyangga keuangan dan kelembagaan yang menurunkan kerentanan jangka pendek.

"Negara-negara dengan defisit neraca berjalan besar, pembayaran utang luar negeri yang tinggi dan mata uang asing yang besar utang pemerintah paling terkena dampak dari dolar AS yang lebih kuat," kata Alastair Wilson, Global Managing Director of the Sovereign Risk Group Moody's, dalam keterangan, hari ini.

"Sejauh fluktuasi mata uang ini menyebabkan arus keluar modal yang deras atau arus masuk modal yang amat rendah, hal ini adalah kredit negatif bagi mereka yang memiliki kebutuhan pendanaan eksternal yang besar," imbuh Wilson.

Moody's mencatat, negara berkembang yang rentan terhadap guncangan besar terhadap kondisi pembiayaan eksternal di masa lalu lebih mungkin mengalami guncangan besar pada saat ini. Kecuali guncangan pada masa lalu itu menyebabkan mereka mengurangi ketergantungan mereka pada pendanaan eksternal.

Misalnya, pada tahun 2014, Hungaria, Malaysia, Mongolia, dan Rusia termasuk negara yang sangat besar guncangannya terhadap kondisi pembiayaan eksternal mereka. Pada periode sejak itu, Angola, Kenya, Indonesia, dan Sri Lanka juga mengalami kejutan negatif yang relatif besar. Dari situ, yang tetap rentan menurut Moody's adalah Kenya, Mongolia, Sri Lanka, dan Zambia.

Sementara, Brasil (Ba2 stabil), China (A1 stabil), India (Baa2 stabil), Meksiko (A3 stabil), dan Rusia (Ba1 positif) adalah yang paling rentan terhadap pengetatan kondisi pembiayaan eksternal karena ketergantungan mereka yang rendah pada eksternal arus modal masuk.

Moody's pun menyatakan bahwa guncangan yang berkelanjutan dan parah terhadap kondisi pembiayaan eksternal dapat memiliki implikasi kredit, khususnya apabila mengikis penyangga keuangan secara signifikan, meningkatkan risiko likuiditas, dan membuat kebijakan fiskal bergerak ke jalan yang lebih tidak menguntungkan dari yang sebelumnya diharapkan oleh Moody's.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×