kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ULN tumbuh 4,8%, amankah?


Minggu, 17 Desember 2017 / 11:28 WIB
ULN tumbuh 4,8%, amankah?


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia akhir Oktober 2017 sebesar US$ 341,5 miliar. Angka ini tumbuh 4,8% dibanding bulan yang sama tahun lalu (year on year).

Dari catatan Bank Indonesia (BI), utang jangka panjang mendominasi 86,3%, serta tumbuh 3,9%year on year. Sedangkan utang jangka pendek, tumbuh 10,6% yoy, lebih lambat ketimbang September yang tumbuh 12,6%.

Selain itu, rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2017 tercatat stabil di kisaran 34%. "Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers," tulis BI. 

Namun demikian, Peneliti Indef Bhima Yudhistira mengingatkan bahwa ada risiko-risiko yang perlu diperhatikan. Pertama, peningkatan ULN jangka pendek lebih tinggi dari jangka panjang. Tercatat ULN jangka pendek tumbuh 10,6% sementara ULN jangka panjang tumbuh 3,9%.

“Risiko mismatch akan mengganggu likuiditas swasta maupun sektor publik dalam membayar ULN yang jatuh tempo,” katanya dalam pesan singkat kepada Kontan.co.id, Sabtu (16/12).

Risiko utang juga bisa dilihat dari debt to service ratio (DSR) yang merupakan rasio pembayaran utang terhadap kinerja ekspor. Per triwulan III 2017 angka DSR Tier 1 menyentuh 26,39%. Angka ini terus naik sejak awal tahun.

“Peningkatan DSR membuktikan bahwa utang yang ditarik tidak berkorelasi positif terhadap sektor produktif yakni ekspor. Dibanding lima tahun lalu DSR masih tercatat 17,28%,” jelasnya.

Bhima menyatakan, hingga akhir tahun 2017 pertumbuhan ULN akan naik cukup signifikan dibanding tahun 2016. Sebab, pada bulan Desember penerbitan surat utang baru sebagai bentuk prefunding kebutuhan anggaran tahun depan akan menaikkan pertumbuhan ULN sektor publik.

Seperti diketahui, pemerintah merealisasikan penjualan surat utang negara di awal Desember dalam denominasi dollar AS senilai total US$4 miliar atau setara Rp54 triliun dalam rangka prefunding.

“Rasio ULN terhadap PDB diperkirakan menembus 35-36%,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×