kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Winnie Mandela, tokoh anti-apartheid Afrika Selatan tutup usia


Selasa, 03 April 2018 / 08:44 WIB
ILUSTRASI.


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - CAPE TOWN. Tokoh anti-apartheid dan mantan ibu negara Afrika Selatan Winnie Madikizela-Mandela telah meninggal pada usia 81 tahun.

Dia dan mantan suaminya Nelson Mandela, yang keduanya pernah dipenjara, adalah simbol perjuangan anti-apartheid negara itu selama tiga dekade. Namun, dalam tahun-tahun berikutnya, reputasi Winnie menjadi tercemar baik secara legal dan politis.

Apartheid merupakan politik diskriminasi warna kulit yang diterapkan (dahulu) oleh negara Afrika Selatan antara keturunan dari Eropa (kulit putih) terhadap penduduk kulit berwarna

Kerumunan pelayat dan tokoh politik berbondong-bondong ke rumahnya di Soweto, di Johannesburg, setelah berita kematiannya menyebar.

Juru bicara keluarga Victor Dlamini menegaskan sebelumnya pada hari Senin bahwa Winnie Mandela menyerah dengan damai pada jam-jam awal Senin sore dikelilingi oleh keluarganya dan orang-orang yang dicintai setelah lama sakit. Dia telah keluar masuk dari rumah sakit sejak awal tahun ini.

Bunda Bangsa

Winnie Madikizela-Mandela lahir pada tahun 1936 di Eastern Cape - yang kemudian dikenal sebagai Transkei.

Dia adalah pekerja sosial yang terlatih ketika dia bertemu calon suaminya di tahun 1950-an. Dalam pernikahannya, mereka memiliki dua putri.

Mereka menikah selama 38 tahun, meskipun selama hampir tiga dekade saat itu mereka terpisah karena Mandela dipenjara dalam waktu yang panjang.

Winnie yang mengambil alih tongkatnya setelah Mandela dipenjara seumur hidup. Dia kemudian menjadi simbol perlawanan internasional terhadap apartheid. Dia juga dipenjara karena perannya dalam perjuangan demi keadilan dan kesetaraan.

Untuk para pendukungnya, ia dikenal sebagai "Mother of the Nation".

Penghormatan terakhir

Dalam pidato yang disiarkan di televisi lokal, Presiden Cyril Ramaphosa  menyebutnya sebagai "suara pembangkangan" terhadap pemerintahan minoritas kulit putih.

"Dalam menghadapi eksploitasi, dia adalah seorang pejuang keadilan dan kesetaraan. Dia merupakan simbol abadi dari keinginan rakyat kita untuk bebas," kata Ramaphosa seperti yang dikutip dari BBC.

Pensiunan Uskup Agung dan Peraih Hadiah Nobel Desmond Tutu menyebut dia sebagai "simbol perjuangan melawan apartheid".

"Pembangkangannya yang berani sangat inspirasional untuk saya, dan untuk generasi aktivis," tambahnya.

Menteri Energi Jeff Radebe, membacakan pernyataan atas nama keluarga, memberi penghormatan kepada "seorang raksasa yang melangkahi lanskap politik Afrika Selatan".

"Keluarga Mandela sangat bersyukur atas karunia hidupnya dan bahkan ketika hati kami hancur saat dia meninggal, kami mendesak semua orang yang mencintainya untuk merayakan wanita Afrika Selatan yang paling luar biasa ini."

Ketua Kongres Nasional Afrika (ANC) Gwede Mantashe mengatakan: "Dengan kepergian Mama Winnie, [kami telah kehilangan] satu dari sedikit orang yang tersisa dari stalwarts dan ikon kami. Dia adalah salah satu dari mereka yang akan memberi tahu kami apa sebenarnya salah dan benar, dan kita akan kehilangan panduan itu. "




TERBARU

[X]
×