kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alarm dari global: Yield obligasi AS 30 tahun sentuh rekor terendah sepanjang masa


Kamis, 29 Agustus 2019 / 06:23 WIB
Alarm dari global: Yield obligasi AS 30 tahun sentuh rekor terendah sepanjang masa
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Tingkat yield obligasi AS kembali melorot pada transaksi Rabu (29/8). Mengutip data Reuters, yield obligasi AS bertenor 30 tahun bahkan menyentuh rekor terendahnya sepanjang masa.

Pada akhir perdagangan Rabu, imbal hasil pada obligasi pemerintah bertenor 30 tahun adalah 1,939%, turun 2,2 basis poin dari posisi Selasa malam. Yield surat utang tersebut sempat mencapai titik terendahnya sepanjang masa di level 1,905% pada hari Rabu pagi.

Imbal hasil surat utang tenor 30 tahun ini berada di bawah yield surat utang bertenor 3 bulan. Kejadian ini belum pernah terjadi sejak 2007.

Sedangkan kurva imbal hasil lainnya, spread pada tingkat yield surat utang pemerintah tenor tiga bulan terhadap yield surat utang bertenor 10 tahun semakin melebar menjadi 55 basis poin, level yang tidak pernah terlihat sejak Maret 2007. Menurut data Refinitiv dan Tradeweb, spread yield obligasi pemerintah tenor 2 tahun berada di atas yield 10 tahun terus meningkat hingga mencapai 6,5 basis poin.

Baca Juga: Tren suku bunga rendah, Moody's pangkas outlook bank investasi global

Kecemasan akan terjadinya resesi dan ketegangan perdagangan antara China dan AS memangkas permintaan surat utang pemerintah dengan risiko rendah. Kondisi kurva terbalik terjadi di seluruh yield surat utang AS, di mana yield dengan jangka waktu pendek lebih tinggi di atas yield jangka panjang.

"Semakin dalam inversi yield, semakin kuat juga dugaan akan terjadinya perlambatan ekonomi ke depan. Resesi menjadi hal yang sangat mungkin terjadi dalam 12 hingga 18 bulan ke depan, namun ini belum selesai," papar Brian Rehling, co-head of global fixed income strategy Wells Fargo Investment Institute di St. Louis, Missouri.

Baca Juga: China tak lagi menjadi investor terbesar surat utang AS, siapa yang menggantikan?

Selain itu, pasar obligasi global juga dipengaruhi sentimen dari Inggris. Investor menambah kepemilikan safe-haven mereka atas surat utang ketika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berusaha membatasi peluang parlemen untuk menggagalkan rencana Brexit dengan menangguhkan House of Commons selama satu bulan, dimulai pada pertengahan September.

Sementara itu, sejumlah hedge fund melihat harga surat utang terlalu mahal, sehingga sulit bagi mereka untuk menjualnya kembali mengingat tingginya ketidakpastian dari perang dagang antara Beijing dan Washington.

Baca Juga: Dampak perang dagang, ekspor Jepang melorot 8 bulan beruntun di Juli

"Sulit memprediksi bagaimana akhir dari ketegangan perdagangan ini," kata James Barnes, director of fixed income di The Bryn Mawr Trust Co. di Devon, Pennsylvania.




TERBARU

[X]
×