kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

AS kembali lanjutkan proses penjualan senjata senilai US$ 23 miliar ke UEA


Rabu, 14 April 2021 / 07:14 WIB
AS kembali lanjutkan proses penjualan senjata senilai US$ 23 miliar ke UEA
ILUSTRASI. Pesawat F-35B Lightning II menjadi salah satu senjata yang akan dijual AS ke UEA


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kepada Kongres bahwa pihaknya sedang melanjutkan penjualan senjata senilai lebih dari US$ 23 miliar ke Uni Emirat Arab. Selasa (13/4), seorang asisten Kongres mengatakan, penjualan senjata yang sedang diproses ini termasuk pesawat canggih F-35, drone bersenjata, dan peralatan lainnya. 

Juru bicara Departemen Luar Negeri menambahkan, pemerintah AS akan bergerak maju dengan penjualan yang diusulkan ke UEA, "kami saat ini terus meninjau detail dan berkonsultasi dengan pejabat di UEA" terkait dengan penggunaan senjata.

Pemerintahan presiden asal partai Demokrat tersebut telah menghentikan sementara kesepakatan yang sebelumnya disetujui oleh mantan Presiden Donald Trump, dengan alasan untuk meninjunya.

Administrasi Trump mengatakan kepada Kongres pada November bahwa mereka telah menyetujui penjualan senjata AS ke UEA. Ini menyusul perjanjian yang diusulkan AS pada September, di mana UEA setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Paket penjualan senjata senilai US$ 23,37 miliar berisi produk-produk dari General Atomics, Lockheed Martin Corp dan Raytheon Technologies Corp, termasuk 50 pesawat F-35 Lighting II, hingga 18 MQ-9B Unmanned Aerial Systems dan paket senjata lainnya. 

Baca Juga: AS kian dekat dengan Taiwan, China beri peringatakan keras

Tetapi beberapa anggota parlemen mengkritik UEA karena keterlibatannya dalam perang di Yaman, konflik yang dianggap sebagai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia, dan khawatir bahwa transfer senjata mungkin melanggar jaminan AS bahwa Israel akan mempertahankan keuntungan militer di wilayah tersebut.

Namun, Israel mengatakan tidak keberatan dengan penjualan tersebut.

Upaya legislatif untuk menghentikan penjualan gagal pada bulan Desember, karena sesama anggota Partai Republik Trump di Kongres mendukung rencananya.

Selanjutnya: Wall Street: Sektor teknologi dorong indeks S&P 500 ke rekor penutupan baru




TERBARU

[X]
×