kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Benarkah market akan crash jika Trump dimakzulkan? Ini penilaian analis Wall Street


Jumat, 24 Agustus 2018 / 14:11 WIB
Benarkah market akan crash jika Trump dimakzulkan? Ini penilaian analis Wall Street
ILUSTRASI. Bursa AS


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Presiden AS Donald Trump pada Kamis (23/8) kemarin mengeluarkan pernyataan yang menggegerkan. Trump mengklaim, perekonomian AS akan kolaps jika dia dimakzulkan.

"Saya tegaskan kepada Anda, jika saya dimakzulkan, saya rasa market akan crash (anjlok). Saya rasa semua orang akan menjadi miskin, karena tanpa pertimbangan ini, Anda akan lihat -- Anda akan melihat angka-angka yang berbalik yang tidak pernah Anda percayai sebelumnya," kata Trump kepada program Fox and Friends.  

Lalu, seberapa seriuskah pelaku pasar harus menerima klaim Trump tersebut? Analis Wall Street sepertinya memiliki pandangan yang berbeda.

Sebagai bukti pertama: Saat ini, pasar finansial tak terlalu mengindahkan guncangan politik yang terjadi pada Trump. Sejumlah indeks acuan utama tak banyak mencatatkan perubahan sejak Selasa (21/8). Pada saat itu, pengacara pribadinya Michael Cohen, tampak mengamini bahwa Trump melakukan pelanggaran keuangan kampanye. Selain itu, mantan ketua kampanye Trump Paul Manafort didakwa atas delapan tuduhan penipuan bank.

Meskipun investor kerap tidak menyukai ketidakpastian terutama yang menyangkut krisis presidensial, analis melihat Wall Street masih tetap fokus pada sejumlah masalah lain yang lebih penting. Misalnya saja, bagaimana kebijakan agenda perdagangan proteksionis bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Chief Market Strategist B Riley FBR Art Hogan mencatat, investor sudah menuai keuntungan dari kebijakan ekonomi Trump, seperti kebijakan pemangkasan pajak korporasi.

"Market tidak sentimental. Mereka melihat pemerintahan, dan mendapatkan kebijakan yang pro-bisnis seperti yang diinginkan. Hal itulah yang diambil," jelas Hogan.

Keluarnya presiden dari panggung politik bahkan bisa menguntungkan pasar saham mengingat banyaknya oposisi di sektor keuangan dan dunia usaha terhadap kebijakan perdagangan Trump. Kebijakan tersebut telah memicu ketegangan dengan China, Eropa dan negara dengan perekonomian besar lainnya di seluruh dunia. "Kebiasaan Twitter Trump juga tidak bisa dikesampingkan," kata Hogan seperti yang dikutip dari cbsnews.com.

"Tidak akan ada tweet-tweet yang mengganggu dan kebijakan ekonomi buruk terhadap perdagangan. Pasar melihat hal itu sebagai hal yang positif," katanya.

Wakil Presiden Mike Pence, yang akan menggantikan posisi Presiden jika Trump dimakzulkan, dinilai bukan seorang yang proteksionis dan elang. "Sehingga market kemungkinan besar akan bereaksi positif terhadap hal itu," jelas Hogan.

Menurut Hogan, investor saat ini lebih mencemaskan mengenai prospek perang dagang dengan China. Perusahaan pemeringkat kredit Moody's dalam laporannya yang dirilis Rabu memprediksi bahwa hubungan perdagangan Amerika dengan China akan memburuk. Dan hal itu akan menghambat pertumbuhan ekonomi AS.

Sementara itu, penurunan indeks saham pascapemakzulan -meski mempengaruhi sentimen investor dan bisnis- kemungkinan tidak akan berdampak serius pada sektor keuangan dan sebagian besar warga Amerika, mengingat sebagian besar saham dipegang oleh sebagian kecil pihak yang kaya raya.

Dengan kata lain, lanjut Hogan, banyak rumah tangga kelas menengah dan berpendapatan rendah merasakan sedikit dampak dari penurunan pasar saham karena mereka tidak memiliki saham.

Kristina Hooper, chief global market strategist Invesco Ltd berpendapat Trump tidak akan dimakzulkan. "Jika pemakzulan tetap terjadi, market akan mengalami volatilitas dan mungkin saja aksi jual yang signifikan. Tapi saya yakin pergerakan yang volatil itu hanya untuk jangka pendek," jelasnya seperti yang dikutip Bloomberg.

Hooper menguraikan ada beberapa alasan yang mendasari pendapatnya itu. Pertama, AS sudah mendapatkan kebijakan terbaik dari Trump yakni reformasi pajak dan deregulasi. "Elemen lain dari kebijakan yang tengah dia dorong, khususnya kebijakan perdagangan, tidak menyokong pertumbuhan dan mencemaskan para pimpinan perusahaan," urainya.

Kedua, lanjut Hooper, reformasi pajak merupakan hadiah yang terus memberikan keuntingan. Kebijakan ini akan menambah pertumbuhan terhadap PDB dalam beberapa tahun ke depan.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×