kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biden berencana tarik 2.500 tentara AS di Afghanistan pada 11 September mendatang


Rabu, 14 April 2021 / 07:15 WIB
Biden berencana tarik 2.500 tentara AS di Afghanistan pada 11 September mendatang
ILUSTRASI. Tentara AS berjaga di dekat lokasi pemboman AS di distrik Achin provinsi Nangarhar di Afghanistan timur 15 April 2017.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) berencana untuk emnarik sisa tentara AS yang ada di Afghanistan pada 11 September 2021 mendatang. Penarikan ini akan menandai 20 tahun pasca serangan Al Qaeda yang memicu perang panjang.

Dikutip dari Reuters, sumber dari pejabat AS pada hari Selasa (13/4) menyampaikan bahwa sisa tantara sebanyak 2.500 orang akan ditarik akhir tahun ini. Pengungkapan rencana itu terjadi pada hari yang sama ketika komunitas intelijen AS merilis pandangan suram terkait masa depan Afghanistan

Intelijen AS meramalkan rendahnya peluan damai untuk tercapai tahun ini dan memperingatkan bahwa pemerintahnya akan berjuang untuk menahan pemberontakan Taliban jika koalisi yang dipimpin AS menarik dukungan.

Keputusan Biden ini akan melewati batas yang telah disepakati oleh pendahulunya, Donald Trump, dan Taliban, untuk menarik pasukan pada 1 Mei 2021.

Baca Juga: Sebut AS musuh, Rusia: Kapal perang AS sebaiknya menjauhi Krimea!

Awal tahun lalu pasukan pemberontak Taliban mengancam akan melanjutkan permusuhan terhadap pasukan asing jika tenggat waktu itu terlewat. Di sisi lain, Biden berjanji akan menetapkan tanggal penarikan jangka pendek.

Seorang pejabat senior di pemerintahan Biden mengatakan penarikan akan dimulai sebelum 1 Mei dan bisa selesai jauh sebelum batas waktu 11 September.

Reuters melaporkan bahwa Gedung Putih akan mengumumkan keputusan ini secara resmi dan terbuka pada hari Rabu (14/4) waktu setempat.

"Presiden menilai bahwa pendekatan berbasis kondisi, yang telah dilakukan selama dua dekade terakhir, adalah kunci untuk tinggal di Afghanistan selamanya," ungkap pejabat Gedung Putih yang tidak menyebutkan namanya, seperti dikutip Reuters.

Keputusan ini juga tentunya mesti mendapatkan pertimbangan lebih lanjut dari sekutu AS di NATO. Untuk itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin diperkirakan akan membahasnya dengan NATO di di Brussels pada hari Rabu.

Tidak lagi berorientasi pada kekuatan militer

Keputusan ini seolah menunjukkan bahwa AS yang kini ada di tangan Biden tidak lagi kekuatan militer sebagai kunci perdamaian di Afghanistan. Hal ini berkebalikan dengan asumsi dasar Pentagon yang telah menjadi acuan satu dekade terakhir.

Baca Juga: Panas! NATO bakal menempatkan 40.000 pasukan di dekat perbatasan Rusia




TERBARU

[X]
×