kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ECB melanjutkan program stimulus ekonomi di 2017


Kamis, 08 Desember 2016 / 21:30 WIB
ECB melanjutkan program stimulus ekonomi di 2017


Sumber: money.cnn | Editor: Mesti Sinaga

Ekonomi Eropa belum cukup kuat jika ‘alat bantu’ kehidupannya dicabut. Demikian kira-kira pandangan Bank Sentral Eropa atau European Central Bank (ECB). Alhasil, Kamis (8/12/2016) ECB mengumumkan akan melanjutkan program pembelian obligasi setidaknya hingga Desember 2017. 
 
Namun jumlah dana yang dibelanjakan  dalam program stimulus tersebut akan turun dari € 80 miliar (sekitar US$ 86 miliar) per bulan sekarang ini menjadi € 60 miliar (sekitar US$ 64 miliar) per bulan mulai April 2017. 
 
Keputusan ECB ini melebihi ekspektasi pasar yang memperkirakan program stimulus akan diperpanjang selama 6 bulan. Selain itu, bank sentral juga mengejutkan pasar dengan mengurangi dana stimulus yang akan digelontorkan setiap bulannya.  
 
"Ini tidak berarti pasar mengharapkan [program stimulus] akan berlangsung sampai tak terhingga," kata Naeem Aslam dari Think Market. "Tapi yang terpenting adalah waktu tapering." (catatan: Tapering adalah  pengurangan pembelian obligasi dalam rangkaian program stimulus quantitative easing (QE). 
 
Euro sempat menguat setelah ECB mengumumkan  perpanjangan program stimulus ini, namun kembali melemah setelah para investor mencerna berita tersebut. 
 
Keputusan ECB memperpanjang program stimulus dilakukan hanya sepekan sebelum pertemuan penting bank sentral AS Federal Reserve (The Fed).  The Fed diyakini akan menaikkan suku bunga utamanya untuk pertama kalinya tahun ini – sebuah tanda bahwa bank sentral  melihat ekonomi AS telah membaik.
 
Pertumbuhan telah terjadi di zona euro tahun ini, inflasi masih terjaga dan berada di bawah target bank sentral. Menurut Eurostat, pada kuartal ketiga tahun ini, ekonomi Eropa secara tahunan tumbuh 1,7%.
 
Namun investor juga mencemaskan kekacauan politik di Italia. Perdana Menteri Italia Matteo Renzi telah mengundurkan diri pekan ini setelah kalah dalam referendum perubahan konstitusi.
 
Sementara perbankan Italia terbelit kredit bermasalah dalam jumlah besar sehingga membutuhkan suntikan dana segar. 




TERBARU

[X]
×