kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi kian tak pasti, tren merger dan akuisisi global melambat


Senin, 30 September 2019 / 18:16 WIB
Ekonomi kian tak pasti, tren merger dan akuisisi global melambat
ILUSTRASI. Merger Akuisisi


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Merger dan akuisisi (M&A) global anjlok 16% secara year on year (yoy) menjadi US$ 729 miliar pada kuartal III 2019. Menurut data Refinitiv yang dimuat Reuters, Senin (30/9), volume triwulanan tersebut merupakan yang terendah sejak 2016.

Hal ini utamanya dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi yang membuat banyak perusahaan mempertimbangkan kesepakatan merger dan akuisisi.

Baca Juga: China: Pemisahan hubungan China-AS bisa menciptakan kekacauan

Penyebab utamanya, kekhawatiran terhadap perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah sedikit banyak menurunkan ekonomi global ke level terendah dalam satu dekade terakhir.

Bahkan, ketika pembiayaan utang untuk akuisisi sedang murah dan pasar ekuitas masih kuat. "Volume merger dan akuisisi melandai karena ada kekhawatiran bahwa risiko mungkin meningkat di beberapa tempat, di pasar dan di tempat lain," kata Michael Carr, Global co-head of M&A di Goldman Sachs Group.

Ambil contoh, di AS belanja konsumen nyaris stagnan sepanjang periode musim panas dan investasi bisnis terpantau masih lemah di tengah ketegangan perang dagang. M&A AS tercatat merosot sebesar 40% yoy menjadi US$ 246 miliar pada kuartal III 2019, level triwulan terendah sejak 2014.

Sementara di Asia, beberapa wilayah tengah dilanda kekhawatiran akan prospek Hong Kong sebagai pusat keuangan di tengah maraknya aksi unjuk rasa pro-demokrasi. Aktivitas M&A di Hong Kong pun turun 20% secara tahunan menjadi US$ 160 miliar, level terendah sejak 2017 silam.

Baca Juga: Permintaan penyelidikan pemakzulan oleh DPR AS kian intensif, Trump tetap membangkang

Para pelaku usaha mengatakan, ketidakcocokan valuasi antara pembeli dan penjual, kini menjadi semakin sulit dijembatani.

"Perusahaan-perusahaan menjadi lebih enggan mengambil risiko, dan kemungkinan hal ini akan menurunkan volume M&A untuk tahun ini. Tapi kami berharap aktivitas M&A akan kembali tinggi di tahun depan," ujar Robin Rankin, co-head Global M&A di Credit Suisse Group.

Pemicunya tak lain berasal dari Brexit di Inggris yang telah mengubah harga perusahaan yang menjadi target akuisisi lebih murah. Menjadikan Inggris tetap menjadi pasar M&A terbesar di Eropa dengan pangsa 6,4% dari M&A global dengan nilai transaksi senilai US$ 177 miliar sepanjang tahun ini.

Selain itu, nilai poundsterling yang mencapai tingkat terendah terhadap mata uang utama lainnya membuat banyak investor justru masuk ke Inggris. Semisal orang terkaya Hong Kong Ka-Shing yang masuk ke operator pub Greene King dan Blackstone untuk memimpin pembelian Madame Tussauds dan Legoland Merlin. 

Baca Juga: Satu lagi peritel AS bangkrut: Forever 21 bakal tutup gerai di Asia dan Eropa




TERBARU

[X]
×