kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Era digital, Swiss justru luncurkan uang kertas pecahan baru


Jumat, 03 Mei 2019 / 18:43 WIB
Era digital, Swiss justru luncurkan uang kertas pecahan baru


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SWISS. Bulan lalu, Swiss resmi meluncurkan uang kertas baru. Pecahan 1.00 franc berwarna ungu ini itu adalah uang terbaru yang dikeluarkan dalam rangkaian perombakan yang dilakukan Bank Nasional Swiss (SNB). Uang kertas ini berukuran sedikit lebih kecil dengan visual yang menunjukkan dua tangan saling menjabat di atas bola dunia.

Dan ini bukan uang kertas biasa, pecahan baru ini menjadi salah satu yang paling berharga di dunia, nilainya sekitar € 880  atau Rp 13,9 juta. Menurut data terbaru SNB, lebih dari 48 juta uang baru ini beredar di masyarakat, mencakup sekitar 60% dari nilai semua uang kertas di Swiss.

Namun, perombakan ini terbilang berlawan dengan tren global. Sebab, negara-negara lain kini sedang perlahan-lahan menghapus uang kertas bernilai tinggi serta mengurangi penggunaan uang tunai terutama di negara-negara Eropa.

Mengutip artikel BBC, Senin (29/4) lalu dalam diskusi tentang uang kertas baru ini di awal Maret 2019, Wakil Ketua SNB Fritz Zurbruegg menjelaskan bahwa uang tunai bagi masyarakat Swiss adalah fenomena budaya. Ia juga mengatakan bahwa pecahan 1.00 franc ini sesuai dengan keinginan masyarakat.

Uang pecahan tersebut terbilang populer untuk transaksi jual-beli dengan nilai tinggi. Serta banyak digunakan untuk membayar tagihan sekaligus tabungan dalam bentuk fisik.

Di Swiss, uang tunai memang masih menjadi cara pembayaran paling dominan. Di Swiss, ada asumsi bahwa setiap orang pasti akan membawa uang tunai, bahkan di era ekonomi digital yang semakin meningkat.

Dalam praktiknya, masyarakat Swiss memang sudah terbiasa dengan uang pecahan besar. Misalnya, untuk membeli kopi dengan uang kertas 100 franc (Rp 1,3 juta) pun menjadi hal yang wajar. 

Selain itu, ATM di Swiss memungkinkan nasabah untuk menarik uang hingga 5.000 franc (Rp 70 juta) per hari atau 10.000 franc sebulan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Contoh lain, membeli mobil yang harganya puluhan ribu franc dengan uang tunai juga bukan hal aneh di Swiss. Sebab, selain merupakan budaya, penggunaan uang kertas lebih digemari oleh masyarakat lantaran dinilai lebih aman dan memiliki unsur anomalitas.

Benar saja, survei SNB pada tahun 2017 perilaku pembayaran kepada 2.000 warga Swiss menyimpulkan bahwa 70% masih melakukan transaksi secara tunai. Kartu debit hanya menyumbang 22%, diikuti oleh kartu kredit 5%. Metode baru seperti pembayaran melalui aplikasi atau tanpa kartu bahkan sangat jarang dilakukan di sana.

Di sisi lain, laporan tahun 2018 oleh Bank for International Settlements (BIS) menyebutkan bahwa secara global, pembayaran tunai kini sudah ditinggalkan. Namun beberapa negara besar masih ramai memakai uang tunai, seperti Jerman misalnya. Hanya saja, negara-negara Eropa lain sudah bergegas meninggalkan tradisi pembayaran melalui uang tunai semisal Swedia dan Belanda.




TERBARU

[X]
×