kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

India Hadapi Serangan Hama Belalang Terburuk dalam 30 Tahun


Kamis, 28 Mei 2020 / 10:51 WIB
India Hadapi Serangan Hama Belalang Terburuk dalam 30 Tahun
ILUSTRASI. Belalang menyerang pohon di Jaipur, Rajasthan, India.


Sumber: DW.com | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - DW. Pihak berwenang India pada Selasa (26/05) mengirimkan pesawat nirawak dan traktor untuk melacak pergerakan belalang gurun dan menyemprotkan insektisida untuk menghalau serangan hama belalang yang dinilai sebagai terburuk yang dialami negara itu dalam hampir 30 tahun.

Sekitar 50.000 hektar lahan pertanian di India telah hancur oleh serangan belalang. Dikhawatirkan India akan menghadapi kekurangan pangan terburuk sejak 1993.

Serangan belalang telah bergerak menuju ke negara bagian lain di India termasuk Maharashtra dan Uttar Pradesh. Pada hari Senin (25/05), segerombolan belalang merambah kota Jaipur di Rajasthan, setelah melakukan perjalanan ke India dari Pakistan. 

K.L. Gurjar, Wakil Direktur Organisasi Peringatan Belalang di India, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa belalang bisa bergerak menuju ibu kota Delhi jika kecepatan dan arah angin mendukung pergerakan tersebut.

Mengapa hama belalang sangat berbahaya?

Menurut organisasi pangan dan agrikultur di bawah PBB yaitu Food and Agriculture Organization (FAO) belalang gurun biasanya menyerang bagian barat India dan beberapa wilayah di negara bagian Gujarat mulai bulan Juni hingga November. Namun, Organisasi Peringatan Belalang di Kementerian Pertanian telah melihat keberadaan mereka di India pada awal April tahun ini.

FAO memperhitungkan bahwa sekelompok belalang yang berjumlah 40 juta ekor dapat memakan bahan pangan sebanyak yang dimakan oleh 35.000 manusia. Kawanan hama tersebut saat ini telah menghancurkan tanaman musiman di negara bagian Rajasthan dan Madhya Pradesh. Hama ini menyebabkan produksi pangan musiman lebih rendah dari biasanya dan menyebabkan kenaikan harga bahan pangan.

Krisis agraria dan inflasi pangan akan sangat menghambat India dalam menghadapi pandemi corona. Ribuan pekerja migran di negara itu telah meninggal kelaparan saat India tiba-tiba memberlakukan lockdown skala nasional untuk memperlambat laju penyebaran virus corona. Para pekerja ini mendadak kehilangan upah harian mereka untuk membeli makan. 

Negara lain juga diserang hama belalang

Hujan deras dan angin topan di Samudra Hindia oleh para ahli dituding sebagai alasan meningkatnya jumlah belalang tahun ini. Serangan itu juga tersebar di berbagai wilayah yang lebih luas di India. 

India bukan satu-satunya negara yang diserang oleh sekawanan besar belalang pada tahun ini. Pakistan, negara-negara di Afrika Timur, dan Yaman juga menghadapi hama padang pasir ini. Pada bulan Februari 2020, Pakistan mengumumkan keadaan darurat nasional karena serangan belalang di bagian timur negara itu. Hama ini telah merusak tanaman kapas, gandum, jagung dan tanaman lainnya.

FAO: Penanganan hama butuh waktu

Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu, juga memperingatkan bahwa upaya untuk mengendalikan hama belalang gurun akan memakan waktu.

“Yang telah kami capai memang signifikan, tetapi perjuangan masih panjang dan (serangan hama) telah meluas ke sejumlah area baru,” ujar Qu. “Jelas bahwa kita belum dapat mengumumkan keberhasilan. Serangan hama sebesar ini jarang dapat dikendalikan dalam waktu beberapa bulan.”

Terlepas dari operasi pengendalian hama yang telah dilakukan, hujan lebat yang terjadi baru-baru ini telah menciptakan kondisi ideal untuk reproduksi hama belalang di beberapa negara. FAO juga telah memperingatkan bahwa serangan belalang akan meningkat pada bulan depan, ketika belalang di Afrika Timur mencapai India. Belalang muda akan tumbuh menjadi belalang dewasa yang rakus pada bulan Juni bertepatan dengan masa petani memulai panen, tulis FAO di situs mereka.

“Belalang, dikombinasikan dengan dampak COVID-19, dapat menyebabkan konsekuensi bencana pada mata pencaharian dan ketahanan pangan,” tegas Qu.




TERBARU

[X]
×