kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Malaysia melarang ekspor pasir laut, ekspansi Singapura terhambat


Rabu, 03 Juli 2019 / 12:12 WIB
Malaysia melarang ekspor pasir laut, ekspansi Singapura terhambat


Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA/KUALA LUMPUR. Pejabat di Kuala Lumpur menyatakan Malaysia, sumber pasir laut terbesar di Singapura melarang ekspor komoditas itu. Langkah ini dapat mempersulit ekspansi ambisius Singapura pada tanah reklamasi.

Mengutip Reuters, Rabu (3/7) rencana itu termasuk pengembangan mega pelabuhan tuas yang direncanakan menjadi terminal peti kemas terbesar di dunia. 

Singapura telah meningkatkan luas daratannya seperempat sejak kemerdekaan tahun 1965, sebagian besar dengan menggunakan pasir untuk membangun wilayah pesisir.

Menurut dua sumber senior pemerintah yang mengetahui keputusan tersebut, perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memberlakukan larangan terhadap seluruh ekspor pasir laut pada 3 Oktober.

Sumber-sumber Reuters yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan, Mahathir kesal lantaran tanah Malaysia digunakan untuk menambah ukuran negara tetangga yang lebih kaya. Dia juga khawatir pejabat Malaysia yang korup mendapat keuntungan dari bisnis rahasia itu.

Endie Shazlie Akbar, sekretaris pers Mahathir mengkonfirmasi bahwa pemerintah telah menghentikan ekspor pasir tahun lalu.

Namun ia membantah bahwa itu bertujuan untuk mengekang rencana ekspansi Singapura, dengan mengatakan itu adalah langkah untuk menekan penyelundupan pasir ilegal.

Larangan itu tidak pernah dipublikasikan karena potensi kejatuhan diplomatik, menurut sumber tersebut. Singapura belum berkomentar tentang larangan tersebut.

Singapura dan Malaysia adalah bagian dari Malaya yang dikuasai Inggris dan menjadi dua negara berbeda pada tahun 1965. Keduanya sering bersitegang karena perselisihan mengenai wilayah dan sumber daya bersama, seperti air.

Kementerian Pembangunan Nasional Singapura yang mengawasi impor pasir tidak secara langsung menanggapi pertanyaan tentang pelarangan oleh Malaysia, tetapi mengatakan ia memiliki banyak sumber pasir dan mengurangi penggunaan komoditas tersebut.

"Pasir diimpor secara komersial dari berbagai negara untuk memastikan ketahanan pasokan pasir kami," ujar kementerian menanggapi pertanyaan Reuters.

"Pemerintah juga telah mendorong industri untuk mengurangi ketergantungan pada pasir."

Dua pedagang pengimpor pasir ke Singapura yang keduanya enggan disebutkan namanya mengatakan komoditas itu semakin langka dan mendorong Singapura untuk mencari pasir dari India, yang biayanya lebih tinggi. Pengiriman adalah biaya terbesar dalam memperoleh pasir.

Para pedagang menambahkan bahwa Singapura telah menimbun pasir dalam beberapa tahun terakhir dan dapat memberikan penyangga terhadap hambatan pasokan.

Pasir laut banyak digunakan untuk reklamasi tanah, sedangkan pasir sungai merupakan komponen inti dalam bahan konstruksi seperti semen.

Singapura mengimpor 59 juta ton pasir dari Malaysia pada tahun 2018 dengan biaya US$ 347 juta, menurut data Comtrade PBB, yang didasarkan pada informasi yang diberikan oleh kantor pabean masing-masing negara.

Impor ini menyumbang 97% dari total impor pasir Singapura pada tahun ini berdasarkan volume dan 95% dari penjualan pasir global Malaysia.

Sumber pemerintah menambahkan, Mahathir juga memperketat peraturan tentang ekspor sungai dan muara pasir.

Ketika Indonesia melarang ekspor pasir ke Singapura pada tahun 2007 dengan alasan masalah lingkungan, hal itu menyebabkan krisis pasir di Singapura yang membuat aktivitas pembangunan hampir terhenti. Sejak saat itu, Singapura telah meningkatkan cadangannya.

Singapura telah mengklaim kembali landas kontinennya, yang berarti kedalaman laut yang perlu diisi dengan pasir untuk reklamasi telah meningkat secara signifikan, ujar CM Wang, seorang profesor teknik penasihat proyek-proyek di Singapura.

Saat ini Singapura membutuhkan lebih banyak pasir atau metode reklamasi baru, seperti menggunakan polder dan struktur terapung.

Data resmi menunjukkan, pada tahun 2018, daratan Singapura bertambah 2,7 kilometer persegi, ekspansi tahunan terbesar dalam satu dekade.

Salah satu proyek reklamasi adalah mega port Tuas yang akan dibuka secara bertahap hingga 2040.

Tahap pertama dari empat tahap konstruksi di Tuas yang akan selesai pada tahun 2021 dengan biaya sekitar US$ 1,8 miliar akan menggunakan 88 juta meter kubik material untuk mendapatkan area yang setara dengan 383 lapangan sepakbola.




TERBARU

[X]
×