kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pekerja WHO tewas tertembak ketika mengumpulkan sampel Covid-19 di Myanmar


Rabu, 22 April 2020 / 14:23 WIB
Pekerja WHO tewas tertembak ketika mengumpulkan sampel Covid-19 di Myanmar
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A logo is pictured on the World Health Organization (WHO) headquarters in Geneva, Switzerland, November 22, 2017. REUTERS/Denis Balibouse/File Photo


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - YANGON. Seorang supir yang bekerja pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terbunuh di wilayah Myanmar yang tengah dilanda konflik. Supir ini terbunuh ketika mengumpulkan sampel pemantauan Covid-19.

Supir bernama Pyae Sone Win Maung mengendarai kendaraan PBB yang terlihat jelas ketika terkena tembakan di Negara Bagian Rakhine. PBB mengatakan puluhan warga sipil telah terbunuh ketika pertempuran antara militer dan kelompok etnis bersenjata Arakan meningkat dalam beberapa pekan terakhir.

Kedua pihak telah saling menyalahkan atas kematian pengemudi WHO pada hari Senin lalu (20/4). Baik militer di Myanmar dan Tentara Arakan menyangkal terlibat insiden tersebut.

Mayjen Myanmar Tun Tun Nyi, seorang juru bicara militer, mengatakan pasukannya tidak punya alasan untuk menyerang kendaraan PBB. "Mereka bekerja untuk kita, untuk negara kita," katanya kepada kantor berita Reuters. 

Baca Juga: Bukan hasil rekayasa lab, WHO: Asal usul Covid-19 kemungkinan berasal dari kelelawar

Kantor PBB di Myanmar mengatakan "sangat sedih" dengan kematian pengemudi berusia 28 tahun itu, di dekat pos pemeriksaan militer di kota Minbya.

Menurut sebuah posting di Facebook, kendaraan dari WHO sedang melakukan perjalanan dari Sittwe ke Yangon membawa sampel pengawasan Covid-19. PBB tidak mengatakan siapa yang melakukan penembakan itu, yang juga menyebabkan seorang pegawai pemerintah terluka.

Negara-negara termasuk Inggris dan Amerika Serikat (AS) telah menyerukan untuk mengakhiri pertempuran di tengah pandemi global virus corona. Lebih dari 80 kasus kekerasan telah dilaporkan di Myanmar, bersama dengan empat kematian.

Tentara Arakan, etnis Budha yang telah meningkatkan kampanye mereka untuk membuat pemerintahan sendiri dalam dua tahun terakhir, mengumumkan gencatan senjata selama sebulan, tetapi ini ditolak oleh pemerintah.




TERBARU

[X]
×