kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Uber mengantongi total pesanan US$ 50 miliar sepanjang 2018


Sabtu, 16 Februari 2019 / 14:57 WIB
Uber mengantongi total pesanan US$ 50 miliar sepanjang 2018


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. Uber Technologies Inc mencatatkan pesanan total US$ 50 miliar sepanjang tahun lalu. Total pesanan ini berasal dari layanan bisnis perjalanan dan pengiriman makanan.

Total pemesanan Uber sepanjang tahun lalu melonjak 45% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meski pesanan besar, pendapatan Uber hanya naik 2% di kuartal keempat. Kenaikan tipis pada tiga bulan terakhir 2018 ini menunjukkan bahwa Uber masih menyubsidi bisnis di tengah pasar yang bersaing ketat.

Pendapatan Uber sepanjang tahun lalu mencapai US$ 11,3 miliar, naik 43% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tapi, Uber masih mencatat rugi setelah pajak, depresiasi dan beban lain hingga US$ 1,8 miliar. Kerugian ini mengecil dari US$ 2,2 miliar di tahun sebelumnya.

Kinerja Uber saat ini berada dalam sorotan. Pasalnya, Desember lalu Uber memasukkan dokumen secara resmi untuk menggelar penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO). Kemungkinan besar, IPO Uber akan terealisasi kuartal kedua tahun ini. Uber bersaing ketat dengan Lyft untuk menjadi emiten ride-hailing pertama.

"Tahun lalu merupakan kinerja terkuat kami, dan kuartal keempat merupakan rekor tertinggi," kata Nelson Chai, CFO Uber dalam pernyataan yang dikutip Reuters.

Uber mengatakan bahwa jumlah pesanan kotor mencapai US$ 14,2 miliar di kuartal keempat, naik 11% ketimbang kuartal ketiga. Pada periode Oktober-Desember, pendapatan Uber mencapai US$ 3 miliar, naik 2% ketimbang kuartal sebelumnya dan naik 24% dari kuartal keempat tahun 2017.

Segmen pengiriman makanan Uber Eats mengontribusi lebih dari US$ 2,5 miliar pesanan di kuartal keempat. Uber menyebut bahwa Uber Eats merupakan layana pengiriman makanan online terbesar di luar China.

"Uber perlu menunjukkan bahwa perusahaan ini mampu mengendalikan biaya, menghasilkan uang. Pada dasarnya, Uber perlu menunjukkan argumen bahwa model bisnis ini tidak catat dan bisa mencapai keuntungan yang berkelanjutan meski ada permasalahan dengan pengemudi, pelanggan dan politisi," kata David Brophy, profesor keuangan Ross School of Business di University of Michigan.

Uber menghadapi kompetisi yang ketat di seluruh dunia. Di India, Uber bersaing dengan Ola. Di Amerika Latin, Uber bersaing dengan Didi Chuxing. Sedangkan Careem mengadang Uber di pasar Timur Tengah.

Alhasil, Uber terus menawarkan harga murah, menaikkan komisi bagi pengemudi dan menanam investasi besar pada pemasaran dan rekrutmen. Uber sempat mendekati Careem pada pertengahan tahun lalu untuk potensi merger. Tapi, kedua perusahaan ini tidak mencapai kesepakatan.

Tak cuma persaingan layanan perjalanan, bisnis pengiriman makanan Uber Eats pun bersaing dengan sejumlah startup. DoorDash tengah memproses pendanaan US$ 500 juta dari investor. Pendanaan ini menyebabkan nilai perusahaan DoorDash mencapai US$ 6 miliar. Sementara Postmates, perusahaan pengiriman dan restoran, mulai memasukkan dokumen IPO bulan ini.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×