kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

90% Minyak Mentah Rusia Mengalir ke Asia, Negara Mana Saja?


Rabu, 14 Desember 2022 / 05:39 WIB
90% Minyak Mentah Rusia Mengalir ke Asia, Negara Mana Saja?


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Dengan diberlakukannya embargo baru, secara dramatis terjadi penurunan impor minyak Rusia oleh negara-negara Eropa. Sebaliknya, Asia mendapatkan bagian terbesar dari aliran minyak mentah Rusia yang dialihkan.

Melansir Business Insider, negara-negara Eropa mengambil sekitar setengah dari pasokan minyak mentah Rusia sebelum perang di Ukraina dimulai. Akan tetapi itu semua dihentikan, kecuali sejumlah kecil impor ke Bulgaria. 

Menurut data Bloomberg, Rusia kemudian mengalihkan sebagian besar minyak mentah itu ke Asia, di mana 89% dari semua pengiriman Rusia — sekitar 3 juta barel per hari — menuju ke Asia dalam pekan yang berakhir 9 Desember.

Lebih dari separuh minyak mentah sudah dimuat dari pelabuhan Rusia menuju Terusan Suez dengan kapal yang tidak ditandai dengan tujuan akhir. Masih belum jelas apakah minyak ini telah dijual, atau apakah kapal tanker dikirim dengan harapan mereka akan mengamankan pembeli sebelum kedatangan.

China, India, dan Turki telah melihat peningkatan besar dalam impor minyak mentah Rusia tahun ini, dan ketiga negara tersebut telah muncul sebagai pembeli terbesar di tengah sanksi UE terbaru. 

Volume minyak yang menuju ke tiga negara tersebut, selain minyak yang ditandai tanpa tujuan akhir, naik dalam empat minggu menjelang 9 Desember menjadi rata-rata 2,73 juta barel per hari. 

Baca Juga: Ada Ancaman Resesi Global dan Pengetatan Suplai, Simak Prospek Harga Minyak Berikut

Menurut Bloomberg, itu lebih dari empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan empat minggu sebelum perang di Ukraina dimulai.

Embargo Uni Eropa pada 5 Desember atas minyak mentah Rusia yang dikirim melalui laut dengan cepat berdampak pada aliran minyak Rusia, karena secara efektif menghilangkan salah satu pelanggan energi terbesar dan paling bergantung di Moskow. 

Kondisi ini telah berlaku sehubungan dengan batas harga US$ 60 per barel pada minyak mentah Rusia. Moskow memperingatkan akan membalas kebijakan tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut batas harga itu "bodoh," dan mengatakan Rusia sedang mempertimbangkan untuk memangkas produksi minyaknya sebagai tanggapan. Dia juga mengatakan bahwa batasan harga tidak akan berdampak finansial pada Moskow.

Baca Juga: Posisi Dollar AS Terancam, China Bakal Beli Minyak dan Gas dalam Yuan




TERBARU

[X]
×