kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi jual saham China bikin Bursa Asia rontok


Senin, 10 September 2018 / 15:36 WIB
Aksi jual saham China bikin Bursa Asia rontok
ILUSTRASI. Bursa Asia


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Aksi jual saham China membuat bursa saham Asia, Senin (9/10), rontok. Hal ini tak lepas dari ancaman Presiden AS Donald Trump yang akan menaikkan tarif produk China.

Mengutip Bloomberg, MSCI Emerging Market Index merosot 1% ke level terendahnya dalam 14 bulan terakhir. Indeks MSCI Asia Pasific di luar Jepang tergelincir 0,9%, atau tercecer di level terendah sejak Juli 2017. Indeks melanjutkan pelemahan sejak pekan lalu yang sudah mencapai 3,5%. 

Investor Asia gelisah karena Trump di akhir pekan lalu menyatakan kalau ia akan menambah tarif impor dari China menjadi US$ 267 miliar. Angka ini naik dari pernyataan sebelumnya sebesar US$ 200 miliar. 

Saham China pun terpukul dan indeks blue chip amblas 1,4%. Sementara SSE Composite Shanghai anjlok 1,2%. Indeks Hang Seng Hong Kong juga turun hingga 1,3%. 

Indeks Nikkei Jepang, yang pada perdagangan pagi dibuka lebih rendah, kini bertengger dengan kenaikan 0,3%, disokong rilis data produk domestik bruto kuartal kedua yang tumbuh melebihi ekspektasi. 

Sementara itu, pasar Eropa cenderung menghijau, di tengah fokus ke pemilihan umum di Swedia. Stoxx Europe 600 naik 0,1%, yang merupakan kenaikan tertinggi dalam sepekan. Dax Jerman naik kurang dari 0,05%, dan FTSE London terlihat mendaki di tengah kenaikan indeks S&P.

Pasar memang didera gejolak dari krisis emerging market termasuk Argentina dan Turki. Analis Nomura dalam laporannya mengatakan, beberapa negara Asia juga rentan dan dibebani dengan utang swasta yang tinggi. 

Rupee India mencapai rekor terendah 72,50 per dolar AS. Sementara rupiah, melemah 0,4% terhadap dollar AS di level Rp 14.835 per dollar AS.

"Mengingat komentar terbaru dari Trump, investor cenderung melihat potensi depresiasi lebih lanjut dalam mata uang emerging market," ujar Nick Twidale, analis di Rakuten Securities Australia seperti dikutip Reuters, Senin (10/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×