kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Konflik antara AS-Venezuela mendongkrak harga minyak


Selasa, 29 Januari 2019 / 19:45 WIB
Analis: Konflik antara AS-Venezuela mendongkrak harga minyak


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia kembali menguat di perdagangan dunia. Hal ini tak lain karena sanksi yang diberikan Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela. Penguatan harga minyak diperkirakan akan terbatas karena potensi penurunan permintaan dari pelambatan ekonomi global.

Mengutip Bloomberg, Pukul 19.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2019 di New York Mercantile Exchange berada di level US$ 52.38 per barel. Harga ini naik 0,75% dari level sebelumnya US$ 51.99 per barel. Sementara dalam sepekan, harga minyak malah merosot 1,18%.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra mengatakan harga minyak mentah menguat tipis karena larangan yang diberikan Amerika Serikat terhadap perusahaan minyak Venezuela. “Harga minyak bisa menguat sebab ada sanksi untuk perusahaan minyak Venezuela mengekspor minyak AS,” ujar Putu kepada Kontan.co.id, Selasa (29/1).

AS mengenakan sanksi terhadap beberapa negara termasuk Venezuela. Padahal, selama ini kilang-kilang minyak di AS bergantung pada pasokan minyak mentah dari negara sosialis tersebut. Sanksi tersebut dilakukan untuk menekan Venezuela agar semakin tertekan.

Pertimbangan menyetop pasokan ini minyak ini merupakan respons atas terpilihnya kembali Nicolas Maduro sebagai Presiden Venezuela. Masalahnya, AS lebih mengakui pemimpin oposisi Juan Guaido sebagai presiden negara yang tengah krisis itu. untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Maduro.

Putu pun menilai bahwa penguatan harga karena konflik AS-Venezuela pun terbatas. Pasalnya ia melihat ada potensi naiknya tingkat produksi minyak di As dan pelambatan ekonomi global yang dapat menurunkan permintaan minyak.

OPEC sendiri sudah memutuskan memangkas besaran produksi minyak sejak Desember 2018 sebanyak 1,2 juta barel per hari (bph). Dengan melambatnya ekonomi, meski produksi membludak, Putu melihat permintaan akan menurun, khususnya dari China. Yang notabene pertumbuhan ekonominya tahun ini diperkirakan melambat sekitar 6,6%.

Putu pun memperkirakan besok harga minyak berada di rentang US$ 50,35 sampai US$ 53,85 per barel. Sedangkan sepekan, harga minyak berkisar US$ 48,80 sampai US$ 55,60 per barel.

Dari segi teknikal, Putu melihat harga minyak berada dibawah garis MA 50,100 dan 200, Lalu indikator MACD bergerak naik di level 0,71, stochastic turun di level 34 dan indikator RSI naik di level 48. Ia pun merekomendasikan beli jika harga minyak berada diatas level US$ 50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×