kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Beberapa sektor menuai cuan di tengah perang dagang, begini rekomendasi dari analis


Rabu, 12 Juni 2019 / 18:02 WIB
Beberapa sektor menuai cuan di tengah perang dagang, begini rekomendasi dari analis


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China sampai saat ini belum menemukan titik terang. Indonesia sebagai negara yang banyak ekspor ke Tiongkok kerap merasakan dampaknya. Namun ada beberapa sektor yang menuai cuan dengan kondisi ini, berikut rekomendasinya.

Selama perang dagang berlangsung melansir data Badan Pusat Statistika (BPS) ekspor Indonesia) pada April 2019 menurun hingga 13,10% year on year (yoy) menjadi US$ 12,60 juta. Penurunan ini dirasakan pada sektor migas maupun non-migas.

Analis Jasa Utama Capital Chris Apriliony menjelaskan di tengah penurunan ekspor ini justru ada beberapa emiten yang menuai cuan selama Perang Dagang berlangsung, yakni emiten di sektor tekstil, karet, dan kayu.

“Kalau dilihat dari sektor tekstil dan ban memang mencatatkan pendapatan signifikan untuk ekspor. Jadi di saat perang dagang semakin panas dan China mengurangi ekspor ke Amerika, Indonesia punya porsi lebih besar untuk masuk,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (12/6).

Chris bilang hal ini berdampak pada penjualannya yang naik signifikan. Namun investor perlu mencermati lagi saham di sektor tekstil dan ban yang tidak terlalu signifikan pergerakannya. Perusahaannya sendiri lebih mengejar kinerja fundamental dibanding mengejar harga sahamnya.

Chris tidak merekomendasikan investor untuk masuk ke sektor tekstil karena harga sahamnya masih belum menarik. “Lebih menarik mencermati di sektor produsen kayu seperti PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD),” ujarnya.

Menurut Chris saat ini perang dagang justru memberikan katalis positif bagi emiten di bidang kayu furniture dan bangunan. WOOD sendiri awalnya harus menghadapi kompetisi sengit dengan China yang ekspor ke Amerika. Namun saat ini AS lebih memilih negara ASEAN lain salah satunya Indonesia untuk impor kayu khususnya furnitur.

Begitu juga dengan yang dikatakan analis MNC Sekuritas Venny bahwa sektor tekstil masih belum menarik dicermati. “Sebenarnya secara bisnis, emiten tekstil masih menarik, namun keterbatasan likuiditas membuat saham pergerakannya lambat atau tidak menarik,” jelasnya.

Chris merekomendasikan investor untuk investasi jangka pendek bisa mencermati saham WOOD di target price 1.200 – 1.400 untuk jangka pendek maupun menengah. Adapun untuk emiten karet lebih baik investasi jangka panjang karena lebih menarik.

Chris menyarankan emiten PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL, anggota indeks Kompas100) akumulasi beli di current price 1.500- 2.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×