Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Xiaomi Corp memilih Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc di antara bank-bank internasional lainnya untuk pelaksanaan penawaran umum perdana yang direncanakan. Hal ini diungkapkan oleh sumber anonim Bloomberg yang memiliki pengetahuan langsung mengenai masalah tersebut.
Selain itu, Credit Suisse Group AG dan Deutsche Bank AG juga terpilih untuk mengerjakan IPO yang ditargetkan mampu menghimpun dana senilai US$ 100 miliar. Sang sumber yang tak mau namanya dipublikasikan juga membisikkan, perusahaan yang berbasis di Beijing ini masih mempertimbangkan penjamin emisi China dan belum menentukan waktu dan lokasi penjualan saham tersebut.
IPO Xiaomi digadang-gadang akan menjadi IPO terbesar sejak IPO Alibaba Group Holding Ltd senilai US$ 25 miliar. Setelah bencana 2016 yang membuat pangsa pasarnya merosot, produsen smartphone tersebut bangkit kembali dengan membenahi model penjualannya dan mendorong banyak pengiriman ke India, di mana pesaingnya Samsung Electronics Co sebagai vendor terbesar di Negeri Taj Mahal tersebut. Xiaomi berhasil mencapai target penjualan tahunan 100 miliar yuan (US$ 15 miliar) pada akhir Oktober.
Baik Xiaomi, Goldman Sachs, Credit Suisse dan Deutsche Bank menolak berkomentar. Seorang perwakilan Morgan Stanley juga tidak segera menanggapi permintaan pernyataan atas isu ini.
Di bawah pimpinan sekaligus pendirinya Lei Jun, Xiaomi ingin memasuki pasar negara maju lewat smartphone karena Xiaomi sudah mengonsolidasikan posisi di pasar negara berkembang seperti India dan Rusia. Perusahaan sudah masuk ke pasar Spanyol tahun lalu.
Terlepas dari smartphone, Xiaomi telah mendukung lusinan startups yang menghasilkan spektrum produk yang lebih luas, mulai dari produk yang dapat dikenakan hingga penanak nasi. Tak pelak, hal ini kian mendongkrak penjualannya. Melansir Bloomberg yang mengutip manajemen perusahaan pada bulan lalu, total penjualan dari ekosistemnya meningkat dua kali lipat menjadi 20 miliar yuan pada 2017.
Menurut James Yan, seorang analis Counterpoint Research, di luar hardware network, pengalaman Xiaomi yang menjalankan komunitas online dengan estimasi komunitas mencapai 200 juta dan perangkat lunak yang dikembangkan terbukti menarik bagi investor. Hal ini bisa menghasilkan lebih banyak pendapatan dari iklan dalam aplikasi dan memanfaatkan data yang berkembang pada penggunanya.
"Pasar smartphone China terlihat stabil untuk Xiaomi, namun perluasan penjualan dari mitra ekosistem dapat mendorong penilaian Xiaomi. Dalam perangkat lunak, Xiaomi menikmati keunggulan besar karena vendor China lainnya kekurangan bisnis perangkat lunak yang mapan," papar Yan.
Pesaing terbesar Xiaomi di kandang sendiri termasuk Huawei Technologies Co dan Oppo. Setelah kesuksesan awal dengan model penjualan flash online -yang menjual perangkat dalam situs webnya untuk waktu yang terbatas- Xiaomi mendapati dirinya kalah saing dengan pesaing domestik seperti Oppo dan Vivo yang mengembangkan hubungan dengan pedang ritel. Dapat dikatakan, Xiaomi membantu para pesaingnya memenangkan pelanggan baru yang ingin menyentuh dan menguji handset baru sebelum membeli.
Lei menanggapi masalah tersebut dengan dorongan ambisius untuk memperluas jaringan ritel Xiaomi sendiri. Perusahaan berencana untuk membangun 1.000 toko "Mi Home" pada tahun 2019 -sekitar dua kali jumlah toko Apple di dunia- dengan menargetkan penjualan ritel sebesar 70 miliar yuan pada tahun 2021.