kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI: Dibandingkan Turki dan Argentina, kebijakan Indonesia lebih prudent


Jumat, 31 Agustus 2018 / 16:17 WIB
BI: Dibandingkan Turki dan Argentina, kebijakan Indonesia lebih prudent
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah merosot akibat tekanan di pasar global maupun tekanan domestik. Mengutip Reuters hingga pukul 10.00, Jumat (31/8), nilai tukar rupiah sempat mencapai Rp 14.710 per dollar AS.

Dari sentimen global, salah satunya efek krisis di Argentina dan Turki, meningkatkan pengawasan investor ke pasar negara berkembang yang mengalami defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan, kondisi ekonomi Indonesia berbeda dengan Argentina dan Turki. Ekonomi Indonesia kuat secara fundamental meskipun mengalami defisit transaksi berjalan.

“Sejumlah indikator ekonomi Indonesia cukup bagus. Inflasi sangat rendah. Stabilitas sistem keuangan kita juga terjaga, intermediasi kuat. Jadi, makro kita terjaga,” kata Perry di komplek BI, Jumat (31/8)

Perry mengatakan, apa yang membedakan Indonesia dengan negara lain adalah kebijakan moneter, fiskal, dan di bidang sistem keuangan yang prudent. Selain itu, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen sangat kuat untuk segera menurunkan current account deficit.

“Sudah sering diumumkan dengan langkah program B20, bisa menurunkan impor migas tahun ini senilai US$ 2,2 miliar, tahun depan ditambah ekspor totalnya bisa tambahan sekitar US$ 9 miliar - US$ 10 miliar. Lalu, sektor pariwisata kami genjot, penundaan sejumlah proyek yang belum financial closing, dan meningkatkan penggunaan komponen lokal (TKDN),” kata Perry.

Dengan kebijakan ini, ke depannya CAD akan semakin rendah. "Itu sejumlah hal yang membedakan Indonesia dari negara lain, apalagi dibandingkan dengan Turki dan Argentina,” lanjutnya.

Asal tahu saja, yang terjadi kini adalah investor membuang aset Turki dan Argentina serta di negara-negara dengan defisit neraca transaksi berjalan besar seperti
Indonesia dan India. Imbasnya ada tekanan di pasar keuangan dan pasar surat utang negara (SUN).

Untuk merespon ini, BI pun menaikkan volume intervensinya, baik di pasar valas maupun pasar SUN. Hal ini untuk menjaga ekonomi khususnya rupiah.

"Kami intensifkan intensitas untuk melakukan intervensi khususnya dua hari ini kami naikkan volume intervensi di valas. Kemarin, dari pagi sampai sore kami lakukan intervensi di valas," ujar Perry

Ia melanjutkan, BI juga melakukan pembelian SUN di pasar sekunder. BI membeli SUN yang dilepas oleh investor.

"Tadi pagi jelang jam 11, kami beli Rp 3 triliun. Ini hampir semua yang dijual investor asing kita beli. Kami juga buka lelang swap dengan target US$ 400 juta dan semoga bisa lebih banyak. BI juga membuka window swap hedging tiap hari. Ini langkah-langkah stabilisasi BI," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×