Sumber: Fortune | Editor: Djumyati P.
SAN FRANCISCO. StumbleUpon, sosial media yang sudah berumur sepuluh tahun ini, telah melakukan sesuatu yang hanya sedikit dilakukan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley: comeback.
StumbleUpon mungkin tidak memiliki buzz atau miliaran pengguna seperti Facebook, tetapi situs ini telah berhasil memperbaiki dirinya setelah melewati keterpurukan. StumbleUpon menjadi salah satu sumber traffic yang paling kuat dalam internet.
Didirikan bersama oleh Garrett Camp dan Geoff Smith, layanan penemuan konten ini memulai gagasan baru. “Kami mencoba menjadi remote control Anda untuk Web, benda yang membantu Anda mencari apa yang ingin dicari selanjutnya,” jelas Camp. Para pengguna “tersandung” ke web content seperti cerita bisnis, web game, blog atau galeri foto, yang belum pernah mereka lihat sebelumnya dan mereka dapat menilainya dengan acungan jempol ke atas atau ke bawah.
Lama kelamaan, konten tersebut menyajikan hal yang lebih relevan dengan selera pengguna (tidak seperti remote TV standar). Layanan utama web content tersebut gratis, meskipun satu dari setiap 20 “stumbles” itu dibayar oleh klien—versi sasaran iklan ini dijuluki Paid Discovery
Pada bulan Mei 2007, perusahaan yang berpusat di San Francisco ini memiliki pengguna yang sangat kecil yaitu 2,3 juta tapi luar biasa setia, dan bertumbuh 150% tiap tahun. Hal itu terjadi ketika Camp dan Smith menjual usaha mereka kepada eBay seharga US$ 75 juta. Kelihatannya sempurna, eBay berkembang , dan Camp dan Smith pulang dengan bayaran yang memuaskan.
Tetapi, pada akhirnya, web content ini memburuk. Pertumbuhan pengguna melambat secara signifikan. Ketika dikelola oleh eBay, tidak berarti mereka tidak menghadapi tekanan kesulitan penggalangan dana, gangguan lain yang memusingkan. Cara untuk menarik pengguna bertambah sulit, dan produk pun membutuhkan waktu yang lama untuk berhasil. Dua tahun kemudian, Camp, Smith, bersama sekelompok perusahaan modal usaha, termasuk Accel Partners dan First Round Capital, membeli kembali perusahaan web content tersebut seharga US$ 29 juta.
Sejak itu StumbleUpon berhasil meluncurkan sejumlah perbaikan besar. Sebuah Stumbling web-based sebagai pengganti browser plug-in, aplikasi mobile untuk iPad Apple, iPhone, dan Android Google, serta sejumlah redesain besar yang mulai live sejak Desember lalu. Pertumbuhan Stumble pun mulai kelihatan menggeliat. Perusahaan melaporkan lebih dari 20 juta pengguna mendaftar sebagai “stumbling” setiap 7 jam sebulan, jumlah yang sama dengan pengguna Facebook yang mengutak-atik profile mereka. Penggunaan di desktop dan mobile sama-sama mengalami peningkatan: desktop tumbuh 20% tiap bulan dan mobile tumbuh 35% tiap bulan.
Kesimpulannya, pertumbuhan semacam itu sangat mengesankan untuk sebuah perusahaan yang tidak diperhatikan. “Mereka seperti pekerja keras,” ujar Rebecca Lieb, pengamat di San Mateo, Group Altimeter yang berpusat di California. “Mereka tidak pernah modis dan gemerlap. Mereka juga tidak pernah seperti Facebook atau Google yang diperlukan setiap hari, atau bahkan situs yang memiliki momen yang bersinar untuk kemudian redup dalam keterpurukan.”
Menurut eMarketer, StumbleUpon, menjadi pengarah web traffic sosial terbesar ke Web pages lain selama triwulan ketiga tahun 2011—1.2 milyar arahan/referral dalam sebulan. Menurut StumbleUpon, hal tersebut lebih baik, melampaui Facebook dan Twitter. (Berdasarkan laporan eMarketer, StumbleUpon mencapai 49% sedangkan Facebook 38%).
Baik Facebook maupun Twitter juga menggunakan iklan yang berhubungan dengan situs-situs web luar sebagai sumber pendapatan terbesar mereka. Tentu saja, Facebook menempatkan iklan sasarannya di beberapa area seperti bar “Sponsored” ke sebelah kanan “News Feed” dan Twitter melakukan fitur iklan seperti “Promoted Tweets,” keduanya berharap para pengunjung melihat iklan-iklan tersebut, menemukan yang cocok, dan benar-benar meng-click.
Target model iklan StumbleUpon beroperasi dengan berbeda, mereka menyatukan advertorial ke dalam konten regular. Pada kenyataannya, pengguna situs mencari setiap 20 “stumbles” atau dibayar oleh 75.000 perusahaan ditambah para pengiklan. Meskipun setiap iklan dilabeli seperti itu, kemungkinannya adalah beberapa pengguna tidak melihat perbedaannya setiap saat. “Unit iklan mereka benar-benar dikoneksikan ke pengalaman konsumen,” ujar Nikhil Sethi, co-founder Adaptly, perusahaan yang khusus membantu perusahaan yang memasang iklan dalam social platforms seperti StumbleUpon.
Menurut Sethi, beberapa klien periklanan lebih suka mengalokasikan mayoritas anggaran kampanye mereka ke StumbleUpon. Saat Arby’s sebuah restoran cepat saji yang besar di Amerika ingin mempromosikan burger barunya tahun lalu, Adaptly diminta untuk membantu mengiklankannya di Facebook, Twitter, dan StumbleUpon. Dalam beberapa hari, perusahaan Sethi menyadari bahwa hampir 91% pengguna melihat kampanye dalam iklan video—dengan kata lain, orang-orang berinteraksi dengan iklan yang sedang happening di StumbleUpon. Alhasil, Arby’s menggeser sisa uang kampanye dari Facebook dan Twitter ke perusahaan layanan milik Camp tersebut.
StumbleUpon tidak membeberkan berapa pendapatan iklannya. Mereka tentu saja hampir melampaui Facebook, seperti yang diprediksikan eMarketer, pendapatan StumbleUpon akan mencapai US$ 5,1 miliar tahun ini. Masih menurut Camp, perusahaan akan fokus dengan upaya mereka untuk berekspansi secara domestik tahun ini dan berpotensi untuk menambah staf pekerjanya kurang lebih 100 orang selama tahun berikutnya—dan secara internasional, melokalisasi pelayanan untuk pasar yang baru seperti di Inggris.