Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China meneken sejumlah kerjasama bilateral sektor energi dengan Amerika Serikat pada pekan ini. Kesepakatan itu bersamaan dengan lawatan Presiden Donald Trump ke Asia, termasuk China.
Salah satunya terkait gas alam. Presiden Xi Jinping menginginkan alternatif pengganti bahan bakar batubara dan minyak bumi untuk membatasi polusi. Mengutip Bloomberg, Kamis (9/11), kebutuhan gas alam China hingga tahun 2040 diperkirakan mencapai 600 meter kubik, atau tiga kali lipat kebutuhan tahun lalu. Angka ini berpotensi menyalip AS sebagai konsumen gas alam terbesar pada 2050.
Untuk itu, sejumlah kesepakatan diteken, seperti China Sinopec Corp yang akan bekerja sama dengan Alaska Gasline Development Corp untuk mengolah Alaska LNG Project.
Kemudian, China Petrochemical Corp. alias Sinopec Group menandatangani perjanjian pengembangan bersama dengan Alaska Gasline Development Corp. untuk mengalirkan gas alam dari pantai utara negara bagian tersebut ke sebuah terminal di selatan.
Departmen Luar Negeri AS menyebut, kerja sama ini sudah direncanakan sejak lama. Kamis lalu, Deplu AS menyatakan investasi proyek ini diperkirakan mencapai US$ 43 miliar.
Kesepakatan lain yang diteken perusahaan yang berasal dari kedua negara, yaitu antara Cheniere Energy Inc. dan China National Petroleum Corp. untuk penjualan LNG jangka panjang. Kesepakatan tersebut diperkirakan bernilai $ 11 miliar.
Kemudian, Delfin LNG dan China Gas Holdings Ltd. menandatangani kesepakatan penjualan LNG hingga 3 juta ton per tahun.
Selain gas alam, sejumlah kerjasama lainnya juga disetujui China dan AS. Seperti, West Virginia dan China Energy Investment Corp. menandatangani nota kesepahaman untuk menginvestasikan US$ 83,7 miliar pada proyek pengembangan shale gas dan manufaktur kimia di West Virginia.
Westinghouse Electric Co dan State Nuclear Power Technology Co. juga menandatangani kontrak untuk enam reaktor nuklir AP1000 yang akan dibangun di China.